27

1.6K 449 40
                                    

"Menghindar cuma menunda tapi nggak bakal menyelesaikan masalah. Yang ada malah masalahnya tambah besar dan bisa meledak kayak bom waktu."

Ucapan Chungha tadi pagi yang terus terngiang di telinga Sooyoung. Iya, Chungha benar. Selama ini ia memang selalu lari dari masalah. Ia lebih suka menghindar yang akhirnya justru menimbulkan masalah baru.

Makanya siang ini dengan langkah gontai Sooyoung menyeret kakinya berniat menemui Taehyung. Ingin menyelesaikan semua masalah dalam hubungan mereka entah dengan akhir yang bagaimana.

Entah hubungannya akan baik-baik saja atau justru sebaliknya. Sooyoung harus siap dengan segala kemungkinan terburuk.

Kafe dekat kampus akhirnya diputuskan sebagai tempat untuk bertemu. Setelah tadi Sooyoung menawarkan kantin tapi langsung ditolak oleh Taehyung. Kantin memang nggak mendukung kalau untuk melakukan pembicaraan yang serius.

Taehyung telah duduk di salah satu meja begitu Sooyoung datang. Sendirian seperti yang Sooyoung minta. Dengan dua gelas jus alpukat yang belum tersentuh. Taehyung cuma menatapnya nanar. Satu untuk dirinya dan satu untuk Sooyoung.

"Minum dulu," suruhnya begitu Sooyoung duduk

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Minum dulu," suruhnya begitu Sooyoung duduk.

Sooyoung menurut meski hanya seteguk. Cuaca memang panas, ia memang haus, tapi minuman di depannya ini bukan seleranya. Salah satu hal yang ingin ia proteskan pada Taehyung. Selama ini Taehyung nggak pernah bertanya ia suka apa, ia ingin makan apa, ia ingin minum apa. Taehyung selalu membuat keputusan sendiri. Hal-hal kecil kayak gini kadang yang bikin Sooyoung nggak nyaman.

Masih hening, Sooyoung belum berucap sepatahkatapun. Ia sibuk berpikir alasan apa yang akan ia katakan tentang menghilangnya ia dari ajakan cari baju Lalisa. Ia terus memutar otak sampai akhirnya memilih pasrah dan memutuskan untuk jujur. Jujur kalau ia nggak mau menemani Lalisa belanja baju meski kesannya jahat.

"Gue nggak mau pergi sama Lalisa. Gue punya temen sendiri, jadi gue lebih milih pergi sama temen-temen gue."

Meski gugup Sooyoung berusaha mempertegas kalimatnya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Meski gugup Sooyoung berusaha mempertegas kalimatnya. Ia sangat berharap kali ini Taehyung mengerti.

Dan Taehyung cuma mengangguk dan berucap pelan.

"Oke," jawabnya singkat. Jauh dari bayangan Sooyoung.

Dikira Sooyoung, Taehyung bakal mengajaknya debat panjang lebar. Atau mengungkit kembali masalah-masalah yang terdahulu. Tapi nyatanya Taehyung mulai melunak. Apa ini pertanda baik?

"Gue nggak bisa maksa lo berteman sama siapa," lanjut Taehyung getir. Terdengar nada kecewa yang kentara.

Memunculkan rasa iba di hati Sooyoung. Meski aslinya ia senang kalau akhirnya Taehyung paham.

"Jadi kita jalani aja masing-masing."

Dan ucapan Taehyung kali ini membuat Sooyoung jadi ketar-ketir sendiri.

"Maksudnya?" tanyanya kalut.

Terbesit pikiran kalau Taehyung berniat mengakhiri hubungan mereka. Meski berusaha siap dengan kemungkinan terburuk, tetap saja rasanya jantung Sooyoung terus berdetak kencang.

"Lo mau kita putus?" tanyanya lagi, terbata dan serak.

Bukannya menjawab, Taehyung justru membalik pertanyaannya.

"Lo pengin putus dari gue?"

Membuat Sooyoung makin gelagapan. Ini bukan permainan kata tapi kenapa Taehyung kian berbelit.

Sooyoung jadi takut salah berucap.

"Kalau itu mau lo, gue bisa apa," katanya hati-hati.

Entah ketegaran ini Sooyoung dapat dari mana. Ia memang kaget tapi sama sekali nggak ada airmata.

Ia masih menatap Taehyung lurus. Sampai cowok di depannya itu akhirnya menggeleng.

"Gue nggak mau putus," katanya lalu tertawa kecil.

Apa pantas Taehyung melakukan itu setelah nyaris membuat jantung Sooyoung berlompatan. Sooyoung jadi berpikir kalau Taehyung tengah mempermainkannya.

"Terus?"

Nggak salah kan kalau Sooyoung minta kejelasan.

"Kita jalani masing-masing. Lo sama temen-temen lo, gue sama temen-temen gue. Lo sama hobi lo, gue sama hobi gue."

Taehyung berhenti sejenak sambil menyeruput jus alpukatnya.

"Kita tetep pacaran. Gue nggak bakal maksa lo deket sama temen-temen gue lagi. Lo juga bebas mau ngapain sama temen-temen lo. Gue juga nggak bakal ganggu drama Korea lo lagi. Tapi gue juga bebas pergi sama temen-temen gue. Adil kan?" lanjutnya.

Sooyoung jadi mengerjap-ngerjap gusar. Ini sebuah kesepakatan atau penawaran? Meski ucapan Taehyung dirasa menguntungkan untuknya, tapi kenapa Sooyoung merasa ada yang belum lega.

"Gimana?" cecar Taehyung. Ia mengetuk-ngetuk meja di depan Sooyoung karena gadis itu tampak melamun.

"Udah, jawab aja iya. Lo nggak kangen gue? Gue kangen," imbuhnya lagi.

Sementara Sooyoung masih membisu. Yang bilang kangen di depannya ini masih berstatus pacarnya. Tapi kenapa ia tetap memilih bungkam.

"Halo? Sooyoung pacarnya Taehyung? Masih di sana?"

Saat Taehyung melambai-lambaikan tangan di depan wajahnya, Sooyoung baru mengangguk.

"Iya," jawabnya lemah.

Senyum langsung terukir di bibir Taehyung. Baginya masalah selesai.

Tapi lain bagi Sooyoung. Bukankah ini pertanda hubungannya dan Taehyung mulai membaik? Lalu kenapa ia justru merasa ada yang kosong.

Second Lead Syndrome ✔Where stories live. Discover now