33

1.3K 383 6
                                    

"Nemenin Lalisa nonton. Dia patah hati putus sama cowoknya. Sepanjang film dia nangis padahal film horor. Pas ditanya ceritanya tentang apa, dia nggak tau."

Taehyung terus bercerita antusias. Saat bersama Sooyoung, ia adalah pacarnya. Saat bersama teman-temannya, ia adalah Taehyung yang bebas. Ia sangat menikmati hubungan yang seperti ini. Ia nggak perlu lagi memaksa Sooyoung untuk dekat dengan Lalisa. Jadi nggak akan ada lagi pertengkaran karena hal-hal sepele.

"Terus besoknya dia minta nonton lagi film yang sama."

Tawa Taehyung ketika bercerita, Sooyoung cukup tersenyum melihatnya. Mau ikut menceritakan kesehariannya pun urung Sooyoung lakukan. Takutnya Taehyung bosan.

Sama seperti sesuatu yang menarik bagi Taehyung belum tentu menarik baginya.

"Akhirnya kita beneran nonton lagi. Kali ini rame-rame sama Jimin, Jisoo, sama Rose. Baru awal, Lalisa udah jerit-jerit sambil mukulin Jimin."

Karena itu Sooyoung hanya berusaha jadi pendengar yang baik. Sambil sesekali menimpali.

"Beneran serem filmnya?" tanyanya.

"Menurut Lalisa serem, menurut gue nggak."

Itulah kenapa Sooyoung lebih suka nonton di laptop. Sensasinya lebih terasa kalau nontonnya sendirian. Lampu dimatikan sambil selimutan itu nikmatnya luar biasa. Sayangnya Taehyung nggak punya pendapat yang sama.

"Kapan-kapan........"

Kalimat Taehyung sejenak menggantung. Niatnya mengajak Sooyoung nonton bareng teman-temannya tapi tau kalau penolakan yang akan ia terima. Jadi Taehyung langsung memilih mengalihkan pembicaraan.

"Udah tamat nonton The Cursed?" tanyanya.

Itu drama yang sering Sooyoung bicarakan.

"Udah tau siapa pembunuhnya?"

"The Cursed drama tentang santet."

Pasti Taehyung mencampuradukkan drama-drama yang Sooyoung tonton.

"Bukan yang bunuh-bunuhan?"

"Iya memang ada yang dibunuh tapi bunuhnya disantet ala Korea. Udah selesai nonton dari minggu lalu."

Sooyoung pun tau kalau Taehyung nggak pernah fokus mendengarkan saat ia bercerita antusias tentang hobinya.

"Makanya nonton, seru tau."

"Males episodenya panjang, gue nggak ada waktu."

Iya, waktu Taehyung nggak mungkin ia buang-buang dengan duduk diam di depan laptop. Pasti ia lebih memilih pergi ngumpul sama teman-temannya.

"Bisa nggak besok jemputnya pakai motor aja?"

Agak hati-hati Sooyoung bertanya. Akhir-akhir ini Taehyung lebih sering ke mana-mana pakai mobil Lalisa. Mungkin mereka memang sahabatan tapi jatuhnya Sooyoung yang jadi nggak nyaman. Kesannya ia adalah cewek matre yang maunya dijemput pakai mobil.

"Kenapa? Lalisa yang nyuruh. Katanya bawa aja mobilnya."

Terus kalau Lalisa yang nyuruh harus selalu nurut? Ingin sekali Sooyoung berkata seperti itu di depan Taehyung. Tapi justru kalimat lain yang keluar dari mulutnya.

"Enakan pakai motor," katanya.

"Anginnya kenceng kalau pagi."

"Terus?"

Sooyoung jadi nggak habis pikir. Memangnya angin pagi-pagi bisa menerbangkannya?

"Nanti rambutnya berantakan kena angin."

Alasan Taehyung yang belum bisa Sooyoung terima.

"Gue mana pernah peduli soal penampilan. Rambut berantakan bisa dirapiin lagi."

Bahkan rambut lepek keringetan dibalik helm nggak masalah bagi Sooyoung.

"Oke, besok pakai motor."

Ketika Taehyung akhirnya mengiyakan kenapa rasanya ada yang belum lega. Hubungan mereka lama-lama seperti didasari kesepakatan.

"Gue tau kenapa lebih suka naik motor. Biar bisa peluk gue kan?"

Sejak dulu Taehyung memang sering bicara ngaco dan menggoda Sooyoung seperti ini.

Namun kali ini Sooyoung nggak berminat sedikitpun untuk menyangkal.

"Iya," katanya singkat.

"Nah kan!!"

Taehyung jadi tertawa kegirangan. Ia nggak tau meski mulut berkata iya belum tentu selaras dengan hatinya.

 Ia nggak tau meski mulut berkata iya belum tentu selaras dengan hatinya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Second Lead Syndrome ✔Where stories live. Discover now