73

1K 307 23
                                    

"Sedih banget gue mikirin nasib Han Seojun. Resiko suka second lead ya gini. Tapi gimana, hati gue yang milih."

Sepanjang jalan dari parkiran fakultasnya menuju kantin, tak henti-hentinya Sooyoung mengoceh. Membahas drama True Beauty yang kali ini dirinya dan Chungha berada di pihak yang sama, Han Seojun.

Sesuatu yang Wonwoo lebih dari sekedar memaklumi. Ia sangat mengerti hobi Sooyoung itu hingga ia biarkan saja meski Sooyoung bicara makin ngawur.

"Kenapa lo dilihat lama-lama mirip Han Seojun?"

Setiap mendengar nama asing atau judul drama baru, tak jarang Wonwoo sampai nanya Hoshi biar paham yang Sooyoung katakan.

"Gantengan juga gue," jawabnya dengan percaya diri.

Tak elak Sooyoung langsung tertawa.

"Iya, iya," angguknya.

Saat masih ricuh dengan drama-drama yang ia ceritakan pada Wonwoo, tanpa sengaja mereka justru berpapasan dengan Taehyung dan Lalisa. Memang itu nggak bisa Sooyoung hindari karena mereka masih di kampus yang sama.

 Memang itu nggak bisa Sooyoung hindari karena mereka masih di kampus yang sama

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dan Taehyung hampir mengingkari janjinya. Ia sempat ingin menyapa Sooyoung tapi urung dilakukan setelah Lalisa lebih dulu menarik lengannya. Sepatuh itu memang Taehyung pada Lalisa. Hal yang saat masih pacaran dulu selalu membuat Sooyoung penasaran. Tapi setelah putus, ia nggak peduli lagi. Hubungan Taehyung dan Lalisa bukanlah menjadi urusannya.

Sooyoung juga hanya melirik sekilas lalu mengalihkan pandangan. Justru Wonwoo yang sempat saling beradu pandang dengan Taehyung.

Anggaplah kini mereka orang asing yang punya kehidupan masing-masing

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Anggaplah kini mereka orang asing yang punya kehidupan masing-masing. Sepatutnya seperti itu, Sooyoung dan Taehyung bukan mantan yang punya hubungan akur hingga perlu saling sapa saat bertemu. Mungkin suatu hari nanti mereka bisa saling menanyakan kabar, tapi bukan sekarang waktunya.

"Lama banget sih," protes Chungha.

Ia memang berangkat lebih awal karena Sooyoung dan Wonwoo terus berdebat tentang bawa motor siapa.

"Akhirnya bawa motor gue," pamer Sooyoung bangga.

Alasannya ngotot minta bawa motornya karena sayang motor Wonwoo bersih baru dicuci. Padahal yang punya nggak peduli. Kalau kotor nanti bisa dicuci lagi.

"Seungkwan sama Hoshi belum dateng?" tanya Wonwoo.

Mereka memang janjian ketemu di kantin sekalian sarapan sebelum memulai matkul pertamanya.

"Hadir!" sahut Seungkwan sambil tunjuk tangan.

Diiringi Hoshi yang cengengesan di belakangnya.

"Minkyung udah cerita ke gue," katanya.

Yang membuat Wonwoo lekas melirik malas. Masih pagi, jiwa penggosip Hoshi jangan dulu mengacau.

"Gimana? Minkyung ngomong apa? Dia cerita apa?" tanya Sooyoung beruntun.

Ia terlalu penasaran tentang perasaan Minkyung sekarang. Juga tentang sikap Minkyung ke Wonwoo setelahnya. Banyak yang Sooyoung ingin tau.

"Minkyung cuma bilang udah lega. Urusannya dan Wonwoo selesai."

Penjelasan Hoshi yang membuat perasaan Sooyoung tak kalah lega.

"Lo cemburu?" ledek Seungkwan.

"Nggak."

Tentu saja Sooyoung menyangkal meski segera dipatahkan pernyataan Chungha.

"Sooyoung kalau cemburu mana pernah ngaku."

"Beneran nggak cemburu," ulang Sooyoung.

Ia memang paling nggak bisa kalau diledek di depan Wonwoo. Padahal udah sering tapi suka bikin salting sendiri.

Ngomong-ngomong soal cemburu, Wonwoo baru ingat tentang Sooyoung yang senyum sama teman-teman cowoknya waktu ia lagi ngomong sama Minkyung.

"Kemarin di parkiran lo diajak ngomong temen-temen gue, kenal?" tanyanya.

Butuh waktu untuk Sooyoung mencerna pertanyaan Wonwoo.

"Nggak," gelengnya.

"Tapi lo senyum."

"Kan gue murah senyum."

Sengaja Sooyoung tersenyum semanis mungkin.

"Jangan sembarangan ngasih senyum ke orang asing nanti mereka bisa salah paham."

Sooyoung jadi mengernyit bingung dengan larangan Wonwoo itu. Tapi kemudian ia tertawa begitu mengerti.

"Lo tau mereka nanya apa ke gue? Ceweknya Wonwoo? Ya udah, gue cuma jawab senyum."

"Oh."

Seungkwan langsung berdecak kesal. Ingin mewakili Sooyoung menggetok kepala Wonwoo biar nggak kaku-kaku amat.

"Lo tau itu pertanda apa, Woo? Lo harus nembak Sooyoung." angguknya.

Gantian Sooyoung yang ingin menggetok kepala Seumgkwan. Bisa-bisanya ia ngomong di kantin yang ramai.

Dan jawaban Wonwoo yang membuat Sooyoung hanya bisa pasrah.

"Nanti," katanya.

"Nanti-nanti mulu lo, anak orang lo gantungin," omel Hoshi jadi ikut-ikutan.

Sooyoung langsung menggeleng kuat-kuat. Kalaupun nanti Wonwoo nembak, inginnya itu bukan karena desakan Seungkwan atau Hoshi.  Terserah Wonwoo saja, Sooyoung juga nggak mau terburu-buru.

"Jangan nembak, gue nggak mau mati," ucapnya sengaja bercanda.

Ia cuma ingin perbincangan ini berakhir dan sarapan dengan tenang. Lagipula Sooyoung menikmati hubungannya dan Wonwoo sebagai teman rasa pacar.

Nyatanya pembahasan tentang tembak menembak ini masih berlanjut.

"Kalau nembak jangan hari ini, tanggalnya nggak cantik," imbuh Chungha.

Dan jawaban Wonwoo yang terkesan enteng.

"Gampang, lihat aja nanti."

Jujur, Sooyoung jadi degdegan sendiri. Belum usai ia menata detak jantungnya saat tiba-tiba muncul Minkyung di kantin. Kebetulan yang sangat nggak pas.

Sooyoung langsung tersenyum pada Minkyung meski tau nggak akan terbalas. Seenggaknya Minkyung nggak buang muka seperti dulu. Ia hanya pura-pura nggak lihat, membeli air mineral, lalu pergi lagi. Memang nggak semua hal harus berjalan sesuai dengan keinginannya. Sooyoung tau itu.

Second Lead Syndrome ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang