72

1K 306 21
                                    

"Gue udah ketemu Taehyung, sekarang cepet tepatin janji lo."

Wajar kalau Sooyoung murka. Wonwoo yang dengan semena-mena menyuruhnya menemui Taehyung nyatanya belum mengajak Minkyung untuk bicara.

"Udah ketemu dari pagi tapi dia nggak ngomong apa-apa."

Alasan Wonwoo yang nggak bisa Sooyoung terima. Tentu saja ketemu karena mereka satu jurusan, sekelas pula.

"Kan gue udah bilang kalau Minkyung diem aja, lo yang inisiatif ajak ngomong duluan."

Gregetan Sooyoung rasanya.

"Gampang, nanti juga bisa."

"Nggak ada nanti-nanti. Cepet cari Minkyung sekarang."

Menurut Sooyoung, Wonwoo nggak akan bertindak kalau nggak dipaksa.

"Cepet," ulangnya.

Kali ini sambil mendorong Wonwoo agar memasuki gedung fakultasnya. Tapi baru beberapa langkah, Wonwoo kembali berbalik.

 Tapi baru beberapa langkah, Wonwoo kembali berbalik

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Ada keraguan yang tampak jelas dari sikapnya.

"Sana," kesal Sooyoung jadi melambaikan tangannya seperti mengusir.

"Gue tunggu di sini," sambungnya.

Barulah Wonwoo benar-benar pergi memasuki gedung fakultasnya untuk mencari Minkyung seperti yang disuruh Sooyoung

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Barulah Wonwoo benar-benar pergi memasuki gedung fakultasnya untuk mencari Minkyung seperti yang disuruh Sooyoung. Dan jujur saja, Sooyoung menunggu dengan gelisah.

Bangunan tiga lantai yang ruang per ruangnya Wonwoo hapal di luar kepala, kini terasa lebih luas dari biasanya. Semua karena pikirannya terlalu berkecamuk saat mencari Minkyung.

Bahkan saat orang yang ia cari ternyata masih asik ngerumpi di tangga bersama teman-temannya, Wonwoo jadi bingung sendiri. Ia hampiri Minkyung dengan langkah hati-hati.

"Bisa ngomong bentar," pintanya.

Sesuatu yang sama sekali nggak Minkyung duga. Sempat ia melirik teman-temannya sebelum akhirnya berdiri. Mereka kurang lebih tau tentang kisahnya dan Wonwoo.

Seperti terhipnotis, Minkyung mengikuti langkah Wonwoo yang justru naik ke lantai paling atas dan berhenti di ujung koridor. Dari sana terlihat pemandangan depan fakultas termasuk Sooyoung yang duduk di parkiran.

"Katanya lo mau ngomong sama gue? Sorry, kemarin gue beneran nggak ada waktu."

Memang Wonwoo kalau ngomong nggak pernah pakai basa-basi, entah itu kelebihan atau justru kelemahannya.

Minkyung jadi mengalihkan pandangannya memilih menunduk ke bawah menikmati orang-orang yang lalu-lalang. Dan matanya langsung menangkap sosok Sooyoung.

"Lo pasti udah tau gue mau ngomong apa," katanya.

Meski aslinya Minkyung udah nggak terlalu berharap. Saat Wonwoo menolak ajakannya bicara, saat itu pula ia mengubur niatnya dan mengabaikan ide gila Hoshi.

Tapi saat Wonwoo sekarang datang sendiri ke depan matanya, tentu Minkyung nggak mau menyia-nyiakan kesempatan.

Dan Wonwoo paling nggak suka orang yang bertele-tele.

"Ya udah, ngomong aja," suruhnya.

Ia cuma ingin ini cepat selesai. Terlebih di bawah sana ada Sooyoung yang menunggu. Sooyoung yang duduk sendirian terlihat disapa oleh beberapa cowok dari kelasnya. Wonwoo jadi kesal mengingat Sooyoung yang terlalu ramah. Lebih kesal lagi saat Sooyoung dengan gampangnya tersenyum ke mereka. Ia yang sekelas saja nggak akrab.

Wonwoo jadi makin nggak sabar karena menurutnya Minkyung lambat sekali

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Wonwoo jadi makin nggak sabar karena menurutnya Minkyung lambat sekali. Ia mana tau kalau Minkyung sedang menata hatinya yang bersiap patah.

"Gue yakin lo aslinya tau tapi pura-pura nggak peka," gumam Minkyung pelan.

Butuh jeda untuk ia menghela nafas.

"Gue suka sama lo," sambungnya cepat.

Tanpa sedikitpun menoleh pada Wonwoo. Dan Wonwoo juga sama, tetap melihat ke arah lain. Karena sudah menduga apa yang akan Minkyung katakan, ia sama sekali nggak terkejut.

Ada perasaan lega bersamaan dengan perih yang nggak bisa Minkyung tahan.

"Gue lega akhirnya bisa jujur sama lo," imbuhnya.

"Gue suka cewek lain, sorry," ucap Wonwoo pelan. Ia terlalu bingung harus menjawab apa.

"Sooyoung, gue tau," sambar Minkyung cepat.

Diamnya Wonwoo dan pandangan matanya yang tertuju pada Sooyoung di bawah sana cukup untuk menjelaskan semuanya.

"Gue nggak pernah berharap lo bales perasaan gue. Gue cuma pengin ngungkapin apa yang selama ini gue pendam biar lega. Dan sekarang rasanya beneran lega," angguk Minkyung.

Sama sekali nggak ada air mata. Ia justru tersenyum selebar mungkin agar tampak baik-baik saja.

"Kita temen kan?" tanyanya sambil mengulurkan tangan pada Wonwoo.

Agak ragu Wonwoo menerima uluran tangan Minkyung yang mengajaknya bersalaman.

"Iya, kita temen," jawabnya.

Selesai, bagi Minkyung semua kini usai.

"Udah, sana pergi. Gue masih mau di sini, mau menghirup udara segar," bohongnya.

Mana ada udara segar di siang bolong.

Tapi Wonwoo iyakan saja. Ia lekas tergesa menuruni tangga. Begitu sampai bawah, ia bahkan berlari cepat menuju Sooyoung berada lalu duduk menjejerinya.

"Udah ketemu?" tanya Sooyoung ragu.

Rasanya Wonwoo baru pergi sebentar saja.

"Udah."

Tapi Sooyoung tetap melirik nggak yakin.

"Beneran udah," yakin Wonwoo.

"Lo ngomong apa?"

"Gue bilang suka orang lain, Sooyoung."

Jawaban yang langsung membuat Sooyoung memukul lengan Wonwoo.

"Jahat."

Second Lead Syndrome ✔Where stories live. Discover now