52

1.2K 350 16
                                    

"Bilang gue nggak ada," mohon Sooyoung.

Sebenarnya ia kasihan pada Chungha yang harus bolak-balik antara kamarnya dan teras depan. Tapi ia benar-benar nggak mau bertemu Taehyung.

"Gue udah bilang tapi dia tetep nggak mau pergi."

Bahkan banyak kebohongan yang terpaksa Chungha katakan. Tapi Taehyung tetap memaksa bertahan sampai Sooyoung mau keluar.

"Dia bilang datang sebagai teman. Katanya dari cinta jadi sahabat itu jarang," sambung Chungha lagi.

Sooyoung cuma meringis kecut. Kalimat legendaris Taehyung sesaat sebelum mereka putus nyaris terdengar sama.

"Gue beneran nggak mau ketemu. Udah nggak ada urusan lagi," gelengnya tetap menolak.

"Apa kita biarin aja? Biar dia di luar sampai bosen sendiri?" tawar Chungha.

Sepertinya itu ide yang bagus. Kalau ia terus keluar menemui Taehyung, itu akan membuat Taehyung betah berlama-lama.

"Iya, gitu aja," angguk Sooyoung setuju.

Di benaknya, Taehyung pasti akan bosan dan pergi dengan sendirinya. Tapi ternyata Taehyung tetap di sana hingga satu persatu penghuni kost mendatanginya. Sooyoung sampai lelah untuk memberi alasan.

"Apa nggak sebaiknya lo keluar bentar terus nyuruh dia pergi?" saran Chungha hati-hati.

"Nggak."

Sooyoung tetap bertahan dengan pendiriannya.

"Nggak enak sama yang lain," bisik Chungha.

Takutnya anak-anak kost yang lain ada yang terganggu ataupun merasa nggak nyaman.

Sooyoung jadi tampak menimbang-nimbang dan mulai sedikit terpengaruh.

"Tapi sama lo," pintanya.

"Sendiri aja," sungut Chungha.

Ia sedang malas untuk terlibat lebih jauh.

"Mungkin aja Taehyung pengin ngobrol berdua," lanjutnya.

"Kita udah nggak pacaran ngapain ngobrol berdua."

Sooyoung jadi menggigit bibir bawahnya ragu.

"Mungkin ada hal-hal yang belum selesai yang harus diselesaikan?"

Chungha cuma asal bicara, ia hanya sekedar menerka-nerka.

Tapi Sooyoung menganggap semuanya sudah selesai sejak ia diputuskan dan ditinggalkan begitu saja. Apalagi sejak rumor-rumor yang terdengar di kampus, ia sebisa mungkin nggak mau ketemu Taehyung lagi.

Kalau dibilang masih ada yang mengganjal, banyak. Tapi Sooyoung nggak merasa perlu memperjelasnya. Putus artinya ia dan Taehyung telah selesai. Biarkan pertanyaan-pertanyaan tanpa jawaban menguap bersama perasaannya.

"Gue keluar cuma untuk nyuruh dia pergi," ucap Sooyoung akhirnya.

Berat terasa saat langkah kakinya berpijak satu persatu. Teras depan kost yang ia tuju rasanya makin jauh sejauh hatinya dan Taehyung kini.

Cowok itu memang duduk di sana dengan tatapan kosong. Sekilas tersenyum begitu tau Sooyoung akhirnya keluar. Senyum yang Sooyoung rasa sama seperti saat awal-awal mereka pacaran dulu.

 Senyum yang Sooyoung rasa sama seperti saat awal-awal mereka pacaran dulu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Sooyoung sadar, melupakan nggak bisa sekejap dalam hitungan hari. Ia pun tau, pintu hatinya belum sepenuhnya tertutup rapat untuk Taehyung. Tapi Sooyoung yakin, ia nggak mungkin membukanya kembali.

"Lo pulang aja," suruhnya datar dan tanpa menatap Taehyung.

"Duduk dulu."

Tapi Taehyung malah menunjuk kursi kosong di sebelahnya.

"Mau apa? Kita udah nggak ada urusan."

Sengaja Sooyoung bersikap ketus agar Taehyung sadar diri. Ini bahkan nggak sebanding dengan sakit hatinya.

"Mau ngomong bentar."

"Nggak ada lagi yang perlu diomongin."

"Gue cuma mau minta maaf," desah Taehyung dengan nada penuh sesal.

Kata Lalisa, ia boleh menemui Sooyoung tapi cuma untuk melakukan satu hal, minta maaf.

"Udah gue maafin," jawab Sooyoung cepat masih dengan berdiri.

Memaafkan mungkin gampang, melupakan yang sulit. Itulah kenapa Sooyoung menyebutnya ia belum berdamai dengan keadaan.

"Udah gue maafin, gue juga minta maaf kalau ada salah. Jadi sana lo pulang," ulangnya menegaskan.

Nadanya makin nggak bersahabat tapi Taehyung tetap tak bergeming.

"Kita nggak bisa berteman?"

"Nggak," tolak Sooyoung.

"Kenapa?"

"Nggak cocok."

Itu jawaban yang jujur. Jika pun bukan mantan rasanya susah untuk berteman karena beda frekuensi.

"Cowok lo marah?"

Pertanyaan Taehyung ini hampir membuat Sooyoung kelepasan mengumpat. Hampir saja ia mengamuk tentang gosip nggak benar di kampus yang bisa saja Taehyung dan antek-anteknya yang memulai. Atau mungkin fansnya yang banyak itu, segala kemungkinan bisa terjadi.

"Iya, takut cowok gue marah."

Bahkan Sooyoung nggak berpikir dulu saat berucap. Kata-kata itu keluar begitu saja dari mulutnya. Meski raut Taehyung berubah kecewa, Sooyoung masih belum berhenti.

"Jadi lo pulang aja nanti cowok gue marah."

Bahkan ia sengaja menoleh ke arah rumah Wonwoo seolah menegaskan. Untung manusianya nggak kelihatan hanya rumahnya yang tampak remang-remang.

Saat Taehyung akhirnya menyeret kakinya dan pergi tanpa kata, saat yang terdengar hanya bising motornya yang perlahan menghilang dalam gelap malam, Sooyoung masih di sana.

Sooyoung yang berdiri mematung dalam gusarnya. Memikirkan apa yang barusan ia katakan dan menjadi resah sendiri.

Second Lead Syndrome ✔Where stories live. Discover now