70

1K 289 10
                                    

Cerita tentang Wonwoo yang menolak ajakan Minkyung untuk ngomong akhirnya sampai di telinga Sooyoung. Siapa lagi kalau bukan Seungkwan yang mengadukannya.

"Tinggal ngomong doang," kesal Sooyoung.

Kalau saja ia tau kejadiannya tepat sebelum Wonwoo datang padanya dengan dua gelas lemon tea, tentu Sooyoung akan menyuruh Wonwoo untuk memberi kesempatan Minkyung bicara

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Kalau saja ia tau kejadiannya tepat sebelum Wonwoo datang padanya dengan dua gelas lemon tea, tentu Sooyoung akan menyuruh Wonwoo untuk memberi kesempatan Minkyung bicara.

Kalau saja ia tau kejadiannya tepat sebelum Wonwoo datang padanya dengan dua gelas lemon tea, tentu Sooyoung akan menyuruh Wonwoo untuk memberi kesempatan Minkyung bicara

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Besok kan masih ketemu," jawab Wonwoo enteng.

"Tapi besok belum tentu Minkyung mau ngomong sama lo."

"Ya udah."

"Kok ya udah," protes Sooyoung.

"Terus?"

"Terus lurus belok kanan," jawab Sooyoung asal.

Menunjuk jalan pulang yang harus mereka lalui setelah Wonwoo mentraktirnya makan malam hari ini. Anggap saja sebagai ganti Sooyoung yang beli bensin tadi pagi meski mereka nggak pernah sekalipun itung-itungan.

"Nih, gue sumbang."

Begitu Sooyoung menyodorkan selembar uang kertas padanya, Wonwoo cuma tertawa.

Ini juga salah satu hal yang Sooyoung nyaman dari Wonwoo. Kalau soal keluar duit bisa diajak gantian. Nggak harus cowok yang selalu bayarin. Apalagi status mereka belum pacaran. Kalau pacaran pun rasanya belum pantas. Lain cerita kalau udah nikah.

Dan Wonwoo nggak pernah gengsi ataupun tersinggung, itu yang Sooyoung suka. Yang seperti ini jauh lebih menyenangkan daripada dibayarin cowok terus-terusan tapi berakhir segan.

Jalan kaki makan di warung tenda, lalu pulangnya sengaja lewat arah lain sampai nyasar. Hal-hal sederhana seperti ini justru membuat Sooyoung bahagia.

"Lo bilang tau jalannya," amuk Sooyoung begitu melewati gang-gang sempit sesuai arahan Wonwoo.

Yang ditanya tampak ragu tapi justru menjawab dengan percaya diri.

"Gue pernah lewat sini."

"Harusnya tadi lewat jalan yang biasanya aja."

Gimana Sooyoung bisa percaya, Wonwoo yang setiap harinya lebih sering di rumah mana mungkin hapal jalan.

"Nah kan, gue bilang juga apa," bangga Wonwoo begitu mereka akhirnya keluar dari gang dan sampai di jalan besar dekat rumahnya.

Sooyoung cuma manggut-manggut begitu pagar kostnya terlihat jelas di depan mata.

"Besok kalau Minkyung nggak ngomong apa-apa, lo yang harus inisiatif ajak ngomong duluan," ucapnya tiba-tiba.

"Kenapa gue?" protes Wonwoo.

Ia masih meyakini untuk nggak harus memperjelas perasaannya pada Minkyung.

"Terus siapa? Seungkwan? Hoshi?"

Pertanyaan telak Sooyoung yang membuat Wonwoo nggak bisa berkata-kata.

"Gue nggak tau harus ngomong apa."

Ini juga yang Wonwoo pikirkan. Membahas tentang perasaannya dengan Minkyung rasanya aneh.

"Canggung," lanjutnya.

Sooyoung langsung tersenyum sambil melirik sinis.

"Ngomongin perasaan lo ke Minkyung canggung tapi lo terang-terangan ngomongin perasaan lo ke gue di depan banyak orang nggak canggung."

"Itu beda."

"Apa bedanya?"

"Bedanya, gue nggak punya perasaan apa-apa ke Minkyung tapi gue suka sama lo."

Sooyoung sampai terheran-heran mendengar jawaban Wonwoo yang tetap tenang. Jenis manusia macam apa yang bicara tentang perasaannya tanpa beban kayak gini. Bukankah harusnya lebih canggung ngomong di hadapan orang yang disuka? Wonwoo memang aneh.

"Gini aja, besok gue bakal ngomong sama Minkyung tapi lo juga harus ketemu sama Taehyung," pinta Wonwoo seolah memberikan penawaran.

Sampai sini Sooyoung paham kalau ternyata Wonwoo tau tentang ia yang menolak bertemu Taehyung di kost.

"Chungha yang cerita?" tanyanya.

Harusnya Sooyoung nggak perlu bertanya, tentu saja Chungha.

"Benernya gue mau cerita cuma belum aja," katanya beralasan.

"Ya udah besok ketemu Taehyung," suruh Wonwoo seenaknya.

"Nggak mau."

"Kalau gitu gue juga nggak mau ngomong sama Minkyung."

"Ini bales dendam?"

"Bukan, ini kesepakatan," angguk Wonwoo lalu tersenyum yang membuat Sooyoung mati kutu.

Bisa-bisanya Wonwoo membuatnya terjebak kayak gini. Sooyoung jadi berdiri melamun seperti orang linglung di depan pagar kostnya.

"Kalau ketemu Taehyung, gue harus ngapain? Gue sama dia itu lebih dari sekedar canggung seperti yang lo rasain ke Minkyung. Masih ada marah, masih ada kecewa, gue harus ngomong apa?" tanyanya.

Wonwoo tau masih ada emosi terpendam di ucapan Sooyoung. Tapi ia tetap santai menanggapinya.

"Pertama, cukup dengerin dia maunya apa. Beri kesempatan dia ngungkapin isi hatinya. Setelah itu gantian lo keluarin marah lo, kecewa lo, semuanya sampai lo ngerasa lega dan nggak ada beban. Selanjutnya terserah lo mau gimana, lo yang lebih tau."

Saran bijak Wonwoo nyatanya belum mampu meyakinkan Sooyoung. Ia masih terus meragu.

Sampai Wonwoo yang mendorong pelan pundaknya dari belakang hingga Sooyoung terpaksa berjalan memasuki pintu gerbang kostnya.

"Sekarang mending lo nonton drama Korea aja," suruh Wonwoo.

Belum sempat Sooyoung menjawab, Wonwoo lebih dulu berbalik tergesa menuju rumahnya sendiri.

Membuat Sooyoung hanya mampu mengulum senyum. Kalau modelannya kayak Wonwoo gini, nggak salah kan kalau ia bisa cepat move on.

Second Lead Syndrome ✔Where stories live. Discover now