7. Jahat.

9.2K 559 58
                                    


Kelas 12 mana suaranya?? Wkwk. Buat yang kelas 12, kita samaan. Hehe.

Semangat buat semuanya. Semoga apa yang kita harapkan bisa tercapai. Aamiin. Semoga bisa menjadi manusia yang lebih baik lagi disetiap waktunya. Aamiin. 🤲🤲🤗🥰❤

[ALINA'S LOVE]

"Hiks. Hiks."

"Al-alina? Kamu nangis?" Ucap Rangga tergagu terperangah. Sontak Rangga mulai menjauhkan wajah mereka.

"Jangan sentuh saya! Eugh!" Geram marah Alina, menghentak tangannya dari cekalan Rangga. Dengan perlahan Alina bangkit walaupun sulit.

Rangga membeku penuh, tangannya membuka pasrah. Mata Rangga tertuju pada dua bola mata indah nan cantik yang sekarang berkaca-kaca dipenuhi airmata kesedihan. Sungguh Rangga hanya rindu, Rangga rindu Alina, Rangga ingin Alina bersama dirinya.

"Saya keluar kerja. Saya permisi." Alina membeku terperangah mendengar apa yang baru saja ia ucapkan dengan lirih tadi. Dirinya kesulitan menelan ludah ditengah napasnya yang terengah.

"Hiks. Hiks. Hiks." Alina seketika menunduk menutup wajah cantiknya. Tangisa pilu hadir begitu saja. Rasa marah, menyesal, sedih, semua menjadi satu.

"Al-alina? Kamu keluar? Serius? No, no, Alina!" Pinta Rangga, berucap penuh permohonan seiring bangkit tuk mengejar Alina. Alina berjalan gontai, menjauh darinya, menuju pintu. Rangga dibuat linglung kala Alina mulai berjalan setengah berlari. Ini gila, Rangga bisa gila.

"Hiks. Hiks. Hiks. Maafin mamah, Putra. Hiks. Mamah ga bisa, mamah ga kuat." Alina bergumam penuh rasa sakit. Padahal gaji disini begitu gila, Alina sudah berencana hanya akan bekerja beberapa bulan saja karena memilih untuk berjualan nantinya, entah berjualan apapun itu.

"Alina, kamu ga bisa pergi! Eergh!" Geram Rangga membengis marah kala Alina tak seidikitpun menghiraukan ucapannya.

Semakin Alina berlari, semakin pula kemarahan Rangga bangkit sempurna. Mata Rangga melotot teramat menakutkan, giginya bergemelatuk layaknya serigala yang merasa diusik. Rangga merasa Alina terlalu mengabaikan ucapannya, tidak tahu jikalau dirinya ini bukan sosok lelaki yang bisa sabar.

"Hiks. Hiks. Putraa. Hiks." Alina semakin menggigil penuh seiring mengangkat tangannya tuk meraih handle pintu yang akan ia tarik.

"Kamu ga bakalan bisa kabur, Alina! Haa? Hahaha! Mau kemana kamu, Alina?" Geram Rangga mendengus gemas melihat Alina yang membeku disana.

Alina membeku kehilangan akal. Kedua tangannya memcengkeram erat pada handle pintu yang terbuat dari emas ini. Sungguh, pintunya tidak bisa dibuka. Alina merasa tubuhnya tak memiliki tenaga lagi. Otaknya sudah menebak ini buntu.

Perlahan demi perlahan, Alina memutar tubuhnya yang gemetar itu. Punggung Alina menyandar kuat pada pintu, dengan kedua tangan di belakang yang setia mencengkeram bersiap-siap. Ditatapnya Rangga yang melangkah penuh percaya diri di kejauhan sana, berhasil membuat Alina mati kutu. Untuk bergeserpun rasanya tak ada celah.

"Hhhh. Keluarin saya! Hiks." Alina membentak parau tak punya kuasa. Airmata mulai mengalir deras.

"Aku bilang, aku cuman mau meluk. Cuu man maauu peeluk!" Ucap Rangga mengeja dengan tegas seiring kakinya melangkah tak ingin mengalah.

Alina's Love Story [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang