52. Ulang Tahun❤️

1K 95 23
                                    

Sore ini adalah waktu dimana syukuran empat bulanan kandungan Alina. Semua tamu sudah berdatangan sejak tadi. Sebagian teman dekat Alina dan Rangga bahkan datang sejak siang.

Satu jam lagi acara akan dimulai.

Keluar dari kamar mandi dengan hanya berbalut handuk, Alina melangkah didampingi suaminya. Di kamar mereka ada banyak pelayan yang ikut menyiapkan kebutuhan majikan mereka.

"Kamu banyak ngelamun. Ga papa kalo ga mau ceritain mimpinya sekarang. Tapi harus kamu ceritain," ucap Rangga membimbing istrinya duduk berhadapan dengan meja rias.

"Mimpinya buruk banget, mas."

"Nanti kita minta doa dari pak kyai, okay?"

"Iya, mas."

Alina terpejam membiarkan perutnya yang sedikit membesar diusap lembut. Tatapannya hampir selalu kosong.

"Maaf kalo aku banyak bengong, mas. Aku bener-bener kepikiran," ucap Alina gelisah.

"It's okay. That's fine."

"Tapi sekarang kamu harus siap-siap. Karina nanyain tadi. Kamu bengong terus katanya." Raffi mengusap kedua bahu itu, memberinya pijatan.

Kecupan manis di bahu membuat Alina terpejam.

"Kamu selalu urus aku, mas. Aku selalu ngerepotin."

"Bukannya kamu layanin aku dengan baik juga waktu kamu sehat?"

"Tapi itu tugasnya istri, mas." Alina biarkan body cream diusapkan di bahu, leher, dan tangan.

"Bukannya ini juga tugas suami?"

Alina mencebik menatap pantulan wajah suaminya pada cermin. Suaminya tersenyum lebar penuh ketulusan, lalu memberi kecupan di ceruk leher.

"Pas hamil ngandung Putra ga gini, kok."

"Ya ga papa. Justru bagus! Bukannya mau kamu? Kamu mau hamil ditemenin suami, kan? Ini, aku temenin kamu," jawab Rangga sangat telaten memijat jari tangan istrinya.

"Jujur, mas. Aku takut anak kita kenapa-napa." Alina merematkan jari mereka.

"Ssuut! Ga bakal. Anak kita pasti baik-baik aja."

"Justru kalo kamu kepikiran terus, mikirin hal negatif terus, janinnya bakal ikut kepikiran. 

"Iya, mas. Maaf."

"Sssuut. It's okay." Rangga terima dekapan istrinya.

Rangga membantu istrinya memakai pakaian seragam acara, memakaikan sepatu, memijat kaki istrinya, bahkan sampai menyemprot parfum.

Alina dirias oleh MUA impiannya.

Sebelum pantofel dipakaikan, Rangga mengecup kedua kaki istrinya seiring membelai.

"Beautiful!" ucap Rangga terkagum.

"Makasih." Alina bersemu merah.

"Sini, berdiri. Haha."

"Haha. Mas Ranggaa!" rengek Alina manja.

"Ada bayi gede! Sukanya nangis."

"Maas."

Rangga terus menjahili istrinya seiring berjalan menuju ke ruangan besar dimana banyak tamu sudah tiba.

Meski Rangga dan Alina berjauhan sekarang, mata Rangga terus memperhatikan istrinya.

"Gila! Hamil empat bulan kayak ga hamil! Aku pas hamil? Beuh! Melendung gede paraah!" ucap salah satu teman bergaul Alina.

"Haha. Iya, mbak. Tapi, dulu juga emang gini."

Alina's Love Story [TAMAT]Where stories live. Discover now