63. Masuk Penjara?

839 70 7
                                    

Rangga melakukan interogasi dengan kooperatif, tenang, dan tak sulit menjawab. Semua pertanyaan ia jawab. Ia tidak mengelak, namun membahas sisi negatif pria yang sudah mengganggu istrinya.

Satu aparat bertanya atas dasar apa Rangga harus menyiksa Farhan yang bahkan baru pertamakali bertemu. Dengan tegas Rangga menjawab laki-laki itu sudah melecehkan istrinya.

"(Lalu saya harus diam saja menyaksikan istri saya dilecehkan?)" tanya Rangga pada aparat yang sedang mengetik di seberang meja.

"(Saya tidak mendengar ada pelecehan dari para saksi.)" Polisi itu berhenti mengetik.

"(Pria itu mengusap betis istri saya dalam keadaan dia menangis histeris. Itu pe-le-ce-han!)"

Rangga duduk tenang, namun tidak dengan sorot matanya.

"(Bukannya ada CCTV? Apa kalian malas memeriksa?)"

"(Saya minta periksa sekarang!)"

"(Baik! Mari kita periksa sama-sama.)" Polisi itu membuat teman-temannya bergegas menyiapkan.

Semua begitu senyap menyaksikan layar proyektor menayangkan cuplikan. Video itu dipercepat dan betul saja apa yang Rangga ucapkan.

"See?"

"(Saya emosi? Pantas! Karena saya seorang suami.)

"(Anda tahu korban sempat kritis?)"

Sesaat pria itu diam memikirkan jawaban. Dengan mudah ia mengangguk.

"(Siapa yang tahu dia akan kritis? Lalu saya saat itu harus biarkan istri saya dilecehkan?)" jelas Rangga retoris.

"I am a husband! She is my beloved wife. Don't you think i'm okay with all of this?"

"(Istri saya sedang hamil. Istrinya saya menangis histeris, menangis ketakutan karena wanita itu.)"

"(Dan kalian berharap saya diam? Dan orang itu berbisik hal-hal buruk pada saya, saya harus diam?)" geram Rangga melotot dengan tangan mengepal.

"Ekhem! Right."

"(Berbisik hal buruk apa?)"

"(Bisa dijelaskan? Jelaskan pada kami dengan rinci.)" Polisi tua itu melipat satu kaki.

"(Dia berbisik kalau dia ingin merebut istri saya. Dia bilang istri saya miliknya. Gila!)"

Para polisi malah memasang wajah mencemooh. Sepertinya kisah cinta segitiga ini hanya sebuah hiburan bagi mereka. 

Rangga disuguhi air, dan segera ia minum. Suasana ruangan begitu hening.

"(Mari kita bahas kenapa anda tidak kooperatif kemarin.)" Polisi itu menegapkan duduk.

"(Ah? Hahaha! Istri saya melahirkan, sempat demam, lalu saya harus pergi?)"

"(Disaat istri saya kesulitan bangun, demam, suhu naik-turun, kalian pikir saya bisa pergi begitu saja?" tegas Rangga sampai beringsut membenarkan duduk.

"I see." Polisi disana mengangguk dan mencebik. 

Selama hampir enam jam lamanya Rangga diinterogasi. Sempat ia mencuri waktu istirahat dengan alasan Salat Dzuhur. Ia sengaja perlambat semua aktivitasnya dari mulai membuka sandal sampai memakainya kembali.

Para aparat tidak tahu kalau Rangga hampir sama sekali tak tahu bacaan salat.

"My wife just gave birth." Rangga menunduk dengan raut wajah datar. Ini sudah sore.

(Istri saya baru saja melahirkan)

"(Bukannya kau punya satu anak lagi? Istrimu pasti sudah berpengalaman. Dia pasti bisa sendiri)"

Alina's Love Story [TAMAT]Where stories live. Discover now