27. Putra marah

5.8K 336 64
                                    

Siapa yang puasa, tapi tahu tahu ini bukan tanggal 1 rajab.
😆😅

[ALINA'S LOVE]

Alina meringis merasakan rasa yang tak biasa dari makanan yang ia makan ini. Katanya makanan khas Paris, sangat disukai banyak orang.

"Ga suka? What's wrong?" Tanya Rangga menghampiri istrinya yang memakai handuk kimono.

"I-iya, aneh buat aku." Alina mengangguk mengecap sisa rasa di bibir.

"Biar pesen lagi. Wait!"

Alina terdiam menatap suaminya yang berjalan menuju telfon. Terdengar suaminya begitu tegas memerintah, menggunakan bahasa Prancis.

"Udah, ditunggu sebentar lagi." Rangga menyandar duduk di samping istrinya, merangkul membuat Alina menyandar pasrah.

"A-aaw!" Pekik Alina tubuhnya dihimpit oleh dua kaki sang suami. Alina tak bisa berkutik.

"Istri aku jadi ga berisik lagi. Istri aku jadi patung lagi. Patung bidadari!" Bisik Rangga menggerakkan kepala istrinya dengan gemas, memberi kecupan serta gigitan bertubi-tubi.

"A-aakh! Haha! Ampuun!" Pekik Alina terhentak menerima tusukan menggelikan di pinggangangnya. Suaminya terus saja memberi kelitikan.

Cuup

Hmptt

Alina meringis menerima kecupan kuat di bibir. Tangannya spontan menahan wajah Rangga agar berhenti. Sungguh dirinya terkejut.

"Aah! Haha! Jangaan! Ampuun! Hahaha! Maaas! Udaah!" Pekik Alina mendongak tak tahan menerima kelitikan yang terus suaminya beri. Ke kanan, ke kiri, Alina terus menggeliat penuh tenaga, berusaha menyingkirkan kaki suaminya yang membelenggu di atas perut.

"Nanti aku bales! Aakh! Aaah! Udaaah." Alina merengek lemas kehabisan tenaga. Rambutnya berantakan.

"Apa? Bales apa? Bisa apa kamu emang?"

"Hmm?"

"Aku? Aku bisaa,.? Umm. Bisa apa ya? Umm?" Gumam Alina berkepanjangan. Kepalanya menyamping nyaman di atas paha sang suami.

"Bisa bikin aku jatuh cinta. Itu baru bener!" Bisik Rangga menatap tajam penuh rasa puas. Perlahan sudut bibirnya mengangkat, menyeringai gemas.

Alina menggigit bibir bawah. Dulu Alina takut juga waspada dengan hampir segala hal ada pada suaminya. Tapi kini, Alina berbalik suka. Alina suka meski masih takut, Alina mengartikan senyuman itu tak menjadi sebuah kejahatan, justru itu memang ciri khas suaminya.

"Aku mau tanya. Kamu mau punya anak, lagi?" Tanya Rangga menggerakkan kepala istrinya agar memutar.

"Mau, aku mau." Alina menatap serius.

"I'm sorry, i don't think so." Rangga mengedik penuh rasa bersalah.

"Kenapa, mas?" Sontak Alina berhenti mencekal manja pada lengan besar suaminya. Entah, ini membuatnya keheranan. Di Negara Indonesia ini, anak dianggap sebagai pembawa berkah, begitu pula dalam kepercayaan yang mereka anut.

"Aku mau Putra puas dapet kasih sayang dari aku. Sepuluh tahun Putra ga dapet sentuhan kasih sayang seorang ayah."

"Pasti, aku pasti berusaha adil kalau punya banyak anak. Tapi, aku ga mau, aku ga mau Putra anggap kasih sayang orangtuanya dibagi, meskipun kenyataannya enggak. Kita disini ambil sudut pandang Putra!" Lanjut Rangga menjelaskan dengan panjang lebar. Kini Alina sudah bangkit, duduk saling menghadap, sama-sama serius.

Alina's Love Story [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang