36. Diantar papah.

3.6K 291 44
                                    

Rutinitas pagi Alina belakangan ini adalah memberi makan ikan koi di kolam yang ada di taman belakang. Sudah template sekali Alina memakai dress tidur tipis dibalik sweter besar yang sampai menutupi lutut.

Melangkah di sisi permukaan kolak ikan yang tersusun dari bebatuan alam dengan tanpa alas kaki merupakan terapi bagi Alina. Udara yang sejuk, kicauan burung sahut menyahut, sesekali terdengar sayup teriakan harimau membuat Alina seperti bersatu dengan alam.

"Makan yang banyaak, ikan-ikaan. Biar gendut! Hehehe. Si item gendutan banget, yaa, sekarang? Hmm?" ucap Alina jongkok dengan posisi aman. Sengaja ia menaburkan pakan di sisi kolam agar bisa menyentuh ikan.

"Waah,.. yang ini yang baru kayaknya. Cantik bangeet."

"Entar, ah, aku tanya mas."

"Good morning!" sapa Rangga membawa dua mug bertuliskan 'papa mama' di tangan.

"Eh? Mas? Udah selesai mandinya?"

"Yes," jawab Rangga menyodorkan mug yang segera diterima istrinya.

'Cuup.'

Alina terpejam meringis bercampur tawa manis mendapat kecupan di pelipis. Ia masih belum terbiasa dengan kecupan yang selalu tiba-tiba suaminya daratkan di wajah.

"Ini coklat kopi. Mamih sengaja belu buat kamu. Soalnya aku cerita kalo kamu suka kopi ini pas kita honeymoon." Rangga mengocek minumannya sembari menatap kecantikan istrinya.

"Oh, ya? Yang di hotel Paris, ya?"

"Iya."

"Kita cheers," ucap Rangga mengomando sembadi mengangkat mug.

'Tleng.'

"Cheers!" ucap Rangga mengedip menggoda kala gelas mereka beradu. Istrinya mendengus dan tersenyum gemas.

"Umm! Enak! Rasanya persis."

"Aku yang bikin." Rangga menunduk mencuri pandang dengan bangga kala mengocek minuman.

"Oh, ya? Mas yang bikin? Tadii? Ini rasanya persis, tahuu. Aku inget banget!"

Jarang sekali Alina sangat antusias. Ekspresinya seperti diluapkan dengan baik.

'Sluurp!'

"Hmmm. Enak bangeet." Alina terpejam mendongak menikmati rasa. Permukaan bibirnya dipenuhi krim.

"Belepotan."

"Haha. Iya." Alina menjilat bibirnya secara melingkar.

"Kalo mas apa?" tanya Alina berjinjit spontan tuk melihat isi gelas suaminya.

"Aku kopi."

"Hmm! Kopii teruus! Ck! Ga baik, tahuu." Alina memicing menakut-nakuti. Ia seperti sedang berkomunikasi dengan Putra. Sosok terdekat di hidupnya adalah Putra seorang.

"Jadi, sekarang kamu mulai jadi istri yang cerewet dan suka ngambek? Hmm?" ucap Rangga mencebik gemas.

"Namanya tu peduli, mas. Aku peduli." Alina menoel dada bidang itu, lalu memukul lemah.

Alina's Love Story [TAMAT]जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें