25. Jadi talak?

6.3K 427 73
                                    

Pagi hari..

Telapak tangan mungil itu tak bosan mengusap pada pundak juga punggung polos Rangga. Keduanya menyamping di atas ranjang, dengan Rangga yang membelakangi Alina.

Satu sudut bibir Alina mengangkat tipis, jarinya perlahan menunjuk mengikuti pola tato kupu-kupu suaminya yang pas di punggung besar ini.

"Udah pagi, mas."

"Yes, i know." Rangga tak berminat membalikkan tubuh. Lain halnya dengan tangan Alina yang ia raih paksa, lalu ia turunkan dari punggungnya.

"Mas Rangga masih teguh pendirian? Mas Rangga masih ga bisa percaya sama kata-kata aku?" Tanya Alina merenung sedih.

"Ga tahu,.. dan ga paham juga," jawab Rangga ambigu.

"Aku nyesel, aku udah dan lagi merasa menyesal. Dan sekarang aku mau memperbaiki semuanya, membesarkan rasa cinta aku."

"Mari mencegah diri untuk menyesali keputusan kita. Aku mau, mas Rangga ga talak aku." Alina menyelusupkan tangannya kedalam selimut, mendekap erat pada perut Rangga.

"Ada kemungkinan mas Rangga buat nyesel nanti. Karena aku tahu, mas Rangga cinta sama aku."

Tidakkah Alina tahu hati Rangga berdebar kencang? Rasanya sampai Rangga tak bisa mengungkapkan itu semua. Tapi dibalik itu semua, Rangga sadar perasaannya berbahaya.

"Udah ga ada lagi niatan aku buat kasih kamu talak. Tapi,.."

"Tapi apa, mas?" Sambung Alina sampai mengangkat wajah.

"Tapi aku juga ga yakin niatan itu hilang permanen." Rangga menatap kosong kedepan sana, dimana gambar dirinya mendekap Alina dengan posesif, sedangkan Alina begitu berat mengangkat sudut bibir.

"Iya, aku paham."

"Aku minta maaf, mas. Aku minta maaf udah jadi istri yang jahat." Alina tergagu, Alina sendiri kecewa berat.

"Kamu tahu? Dua hari kemarin, hari pertama kalinya aku denger kamu bicara ke aku lebih dari dua kalimat." Rangga mendengus mendelik hampa.

Sontak Alina membeku, bibirnya ia gigit seiring ia lipat kuat. Alina kembali menjadi Alina di tiga bulan yang lalu.

"Why? Kenapa diem?" Ucap Rangga sesaat memutar wajah.

"Hmm?" Desaknya.

"Umm,.. mas Rangga seneng aku bicara?" Tanya Alina semakin bersemu merah kala sadar atas apa yang ia ucap.

"Haha. Jelas seneng." Rangga mendengus, senyum manisnya terbit sempurna.

Keduanya tersenyum tanpa mengeluarkan suara. Tanpa sadar Rangga menarik serta menekan posesif tangan itu di perut penuh ototnya, serta Alina yang sama tak sadar merapatkan tubuh, mendekap nyaman tubuh suaminya.

Nampaknya sepasang sejoli itu sedang berbahagia. Mereka seperti pasangan yang sedang berbulan madu, padahal malam harinya mereka masih dirundung konflik yang besar.

"Mas, jacuzzinya udah nyala. Mas Rangga mau mandi sekarang? Udah pas angetnya." Alina berjalan mendekati ranjang, tubuhnya berbalut handuk kimono, di genggamannya ada sisir.

"Kamu udah mandi?"

"Ud-udah, mas. Tadi aku bilang, kok, mau mandi." Alina tergagu. Kenapa bisa suaminya seperti terkejut?

Rangga merenung mengikhlaskan hatinya. Rangga tak mendengar Alina akan mandi. Dirinya pun akhirnya pasrah, mulai melangkah menuju kamar mandi.

"Mau makan apa, mas? Aku siapin. Mas Rangga mau soto?" Tawar Alina mencekal segera tangan itu.

Alina's Love Story [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang