15. Menikah. 💔

6.4K 422 48
                                    

Alina tertidur kelelahan dalam gendongan Rangga. Alina sudah selesai membersihkan diri, lebih tepatnya Rangga. Tidak, Rangga tidak melakukan pemerkosaan lagi, hanya saja sesekali menyentuh bagian tubuh Alina dengan nakal.

Rangga berjalan gagah. Tubuhnya menggendong Alina dengan gaya bridalstyle. Alina benar-benar tak memberi penolakan, begitu pasrah menutup mata. Rangga tak tahu Alina tertidur pulas.

"Ekhem! Sst! Kamu tidur? Hmm?" Bisik Rangga lembut.

"Alina? Kamu capek? You okay? Mau makan apa? Bilang aja sama aku." Rangga dengan lembut memposisikan Alina diatas ranjang. Benar-benar tak ada perlawanan dari Alina.

"Alina? Sebentar, biar selimutnya aku betulin. Aku nunggu kamu disini."

"Tinggalin saya sendiri. Saya mohon!" Ucap Alina lirih. Tubuhnya menyamping dengan Rangga yang ada di belakang.

"Hiks. Hiks. Hiks."

"Tuan puas, kan? Puas? Hiks. Hiks. Demi Allah saya ga tahu saya salah apa! Lebih baik tinggalin saya! Saya mau sendiri!" Lirih Alina benar-benar parau.

Rangga terdiam mencerna ucapan Alina. Rintihan permohonan Alina begitu menyayat. Suara Alina terdengar benar-benar frustasi.

"Tolong suruh Putra langsung pergi ke tempat dia main. Saya minta tolong." Sara dengan lemah menambah dekapannya pada selimut. Jari-jarinya menancap begitu kuat seiring memeluk tubuhnya sendiri.

"Okay! Right! Aku ke Putra. Sekalian aku langsung kerja."

Alina mendelik berat, matanya berakhir menutup bersama airmata yang menetes banyak. Bibir Alina melipat rapat, namun getarannya begitu kentara terlihat. Alina menahan rasa sakit yang begitu berat

"Tidur yang nyenyak, Alina," bisik Rangga mengusap bahu Alina yang terekspos bebas.

"Bye! Nanti ada yang kesini nawarin kamu makan."

Rangga berjalan hampa meninggalkan Alina yang setia meringkuk diatas ranjang. Perlahan dirinya menjauh, perlahan pula isakan Alina semakin terdengar intens nan menyayat. Rangga tahu, Alina sudah begitu berusaha tangisannya tidak terdengar. Dan sayang sekali itu sulit.

"Papaaah!"

"Hei! Haha! Papah kaget. Sini!" Teriak Rangga begitu bersemangat. Matanya melebar cerah.

"Aaaa! Yeay!"

"Hap! Good job!" Bisik Rangga setengah mendesis menyemangati. Dengan erat Rangga menggendong tubuh Putra. Putra dengan erat pula memeluk bahu dan leher.

"Putra mau ke mamah. Tapi ga tahu kamar mamah dimana. Dimana? Kamar kalian dimana?" Tanya Putra dengan senang memainkan kedua pipi ayahnya.

"Tuh! Yup, disana!"

"Ya udah, ayo kesan-"

"No! Mamah lagi tidur. Tiiduuur! Nyeenyaak!" Ucap Rangga hingga setengah terpejam dengan niat agar anaknya bisa dikelabui.

"Masa sih? Mamah, kan, bangunnya suka dari jam setengah lima."

Rangga mengengus gemas seiring berjalan kearah ruangan favorit dirinya disini. Tatapannya sulit beralih dari wajah tampan anaknya ini. Putra sangat mudah akrab dengan dirinya. Sifat Putra juga mirip dengan dirinya.

Alina's Love Story [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang