22. Rangga tak ada

4.9K 364 62
                                    

Satu minggu kemudian.


Alina sudah sembuh, Alina sudah kembali sehat. Kini dirinya sedang membantu mengikatkan ikat pinggang untuk Rangga. Sesekali tangan besar itu usil padanya, membuat Alina hanya bisa bersabar saja.

"Udah. Udah ganteng?"

"Haa?" Gumam Alina perlahan mundur agar bisa saling menatap.

"Haha. Becanda, Alinaa." Rangga menggeleng gemas. Dicubitnya pipi itu hingga istrinya meringis.

"Oh, iya. Aku ada sesuatu buat kamu."

Alina yang masih meringis mengusap pipinya pun mulai teralihkan. Satu matanya yang tadi menutup, mulai berusaha membuka.

Dengan sigap tangan besar itu saling menepuk hingga mengeluarkan suara. Pandangan Alina teralihkan sepenuhnya kesana. Tatapan Rangga tatapan penuh rencana, seolah seluruh gerakan tangannya akan berujung suatu hal.

"Just for you!" Ucap Rangga mengeluarkan tangannya yang tadi ia daratkan di dalam saku.

"Why? Hehe." Rangga terkekeh kala melihat reaksi istrinya.

Alina membeku menatap uluran tangan Rangga yang mempersembahkan bunga mawar merah segar di tangan. Bagaimana bisa? Perlahan Alina menggerakkan kepalanya ke kanan ke kiri, ini sulit dipercaya, Alina sendiri yang mengambil kemeja itu untuk Rangga.

"Hai! Hallo! Hehe. Ayo ambil. Buat kamu." Rangga menggerakkan satu alisnya seiring menawarkan.

"Mas Rangga bisa sulap?" Tanya Alina mengabaikan uluran bunga cantik itu.

Alina mengatupkan bibirnya kala mata elang itu menatap tak berpaling darinya. Perlahan Alina diam mengalihkan tatapan, perlahan pula dirinya sadar. Ya, Alina lupa tuk menerima bunga pemberian Rangga.

Satu sudut bibir Rangga mengangkat kecil kala Alina mengambil perlahan tangkai bunga itu, terlihat jelas tak ada sedikitpun rasa bahagia di wajah cantik itu.

"Iya, aku bisa sulap. Kata Putra kamu suka sulap, makanya aku belajar." Rangga kembali berdiri tegap, tubuhnya menjauh, kedua tangannya masuk ke dalam saku.

Alina terdiam membisu melihat Rangga yang terus mengalihkan pandangannya, tak mau menatap kepadanya lagi.

"Huft! Aku duluan," ucap Rangga pamit meninggalkan istrinya.

Tubuh Alina bergerak ke arah dimana Rangga perlahan meninggalkannya, melewati pintu kamar mereka yang besar dan mewahnya tiada tara. Tinggal lah Alina sendiri, meratapi kesendiriannya. Sedih, sakit, kecewa. Lubuk hatinya masih sangat sakit, tapi lubuk hatinya juga tak ingin dirinya keras kepala.

"Jangan lupa ganti pakaian kamu," ucap Rangga muncul kembali dibalik pintu. Ditatapnya tubuh itu dari ujung atas hingga bawah.

Alina terdiam perlahan menunduk menatap penampilannya. Matanya sudah biasa sangat lemah, tanpa gairah hidup. Ya, Alina masih dalam balutan baju malam khusus menyambut Rangga yang sudah seperti wajib hukumnya.

Perlahan kedua tangan Alina menyilang di depan dada, bahunya menciut. Ditatapnya Rangga di kejauhan sana dengan datar namun penuh ketakutan. Perlahan Alina mengangguk mengiyakan perintah suaminya.

Alina's Love Story [TAMAT]Where stories live. Discover now