44. Bertemu?

898 87 13
                                    

L

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

L

Lima jam lamanya sudah Putra dan Rangga memasuki hutan yang ada di pulau. Mereka memanjat tebing, menyusuri jalanan tanah yang sempit, memeriksa gubuk kecil yang terlihat oleh mereka. Semua gubuknya benar-benar kecil.

Selama mengelilingi hutan yang rimba dan tanah yang terjal, Rangga dan Putra mengobrol tanpa berhenti. Dari mulai berdiskusi tentang keberadaan Alina, sampai kehidupan sekolah mereka yang bergantian diceritakan.

Rangga sangat-sangat sigap pada anaknya. Selain sudah ahli dalam hal berpetualang, jiwa seorang ayahnya tumbuh begitu saja. Dari mulai berjongkok mempersiapkan bahunya diinjak tuk menaiki tebing pendek, menangkap tubuh anaknya yang loncat, sampai gerakan spontan menarik anaknya kala menginjak kayu besar.

"Sekarang tuu Putra suka dikejar-kejar cewek, pah. Putra tu sebel!"

"Oh, ya? Haha."

"Bahkan, ada yang cium pipi aku! Ih! Ga suka! Putra mau nampar, tapi miss langsung teriak ngelarang. Teruus, si ceweknya malah cengengesan!" sembur Putra malah dibalas kekehan.

"Jadi, Putra itu laku?"

"Laku, laku! Emangnya barang? Nggak! Aku ga suka dideketin cewek centil. Pada caper semua!"

Melihat Putra yang akan menaiki tangga dari susunan tanah, Rangga sigap menggenggam tangan itu.

"Papah tahu, kan, yang kemarin Jennie dijenguk satu kelas?"

"Yes?" jawab Rangga harus membungkuk untuk bisa menaiki tangga yang curam. Sementara Putra sudah berdiri di sisi tebing.

"Nah, itu tuu, ia jatoh di depan aku gara gara mau nendang bola, tapi malah keselip."

"Terus?"

Meski mereka berdua banyak mengobrol, mata mereka sangat-sangat fokus menelisik sekitar. Keduanya tak mau diam.

"Nah,.. dia, kan, suka ganjen, banyak ekting. Aku kira bohongan pas dia nangis. Aku tinggalin, tuh," ucap Putra panjang lebar. Ia melangkah menyusuri jalan setapak yang ada.

"And then?"

"Aku tinggalin, tuh, ga mau bantu. Eh, ternyata jatoh beneran."

"Hahaha." Rangga tertawa besar, begitu pula Putra yang mengalaminya secara langsung.

Tiba-tiba penglihatan Rangga tertuju pada satu gubuk yang jauh disana sendirian.

"Wa-wait! Ada gubuk. Suut! Kita kesana."

"Harusnya kita jangan berisik, ya? Nanti mamah malah kabur." Putra berbisik sembari meraih tangan ayahnya.

Alina's Love Story [TAMAT]Where stories live. Discover now