38. Berusaha tegar.

2.6K 236 93
                                    

Alina berada di rumah sakit ternama di Kuala Lumpur. Ia ditemukan oleh Rangga pada pukul 11 malam, setengah jam setelah Alina pingsan. Paulina yang baru saja sampai di apartemen saat itu seketika segera menuju rumah sakit.

Cemas! Itulah yang Rangga rasakan. Alina sampai jam 7 pagi sekarang belum kunjung bangun. Bagaimana dirinya tidak bisa cemas, istrinya terkena darah tinggi dan nyaris serangan jantung. Hidung istrinya bahkan mengeluarkan darah dan sudah kering saat ia temukan semalam.

Rangga sama sekali tidak tidur dan tidak tertidur. Ia terus memantau istrinya. Permasalahan istrinya serius.

"Kamu belom tidur, lho, dari semalem." Paulina duduk di sisi ranjang pasien dimana Alina tidur telentang dengan wajah pucat.

"Nanti." Rangga menggeleng dalam duduknya.

"Pagi sampe siang, kamu kerja. Sore sampe tengah malem, kamu sibuk. Malem sampe pagi sekarang, kamu ga tidur-tidur. Bahaya, Rangga," timpal ibu dari Rangga menepuk dan memijat satu bahu anaknya.

Wajah Rangga tampak kacau. Bawah matanya hitam, matanya merah, wajahnya sembab.

"Pantees aja mamih klik-klik bel, ga ada dibuka-buka. Ada kali ratusan kali."

Mereka bicara setengah berbisik.

"Kenapa bisa darah tinggi, ya, mih?"

"Kebanyakan makan kerupuk kulit kali."

"Alina makan tiga bungkus." Rangga membelai kepala istrinya.

"Ck! Bisa jadi! Kan, toleransi setiap orang beda-beda."

"Makan, yuk! Bentar lagi juga Alina bangun." Paulina mengulurkan tangan, siap menarik tangan anaknya. Namun lagi-lagi anaknya menolak.

"Kamu nungguin istri kamu sehat, tapi kamunya malah bikin badan sendiri ga sehat." Paulina melipat tangan di depan dada dengan tegas. Satu alisnya naik kala sang anak menatap.

Pria tinggi besar itu melangkah berat meninggalkan istrinya. Wajahnya terus terarah pada sang istri hingga kepalanya nyaris memutar 180° kala ia nyaris keluar ruangan.

"Yaa, Alina mungkin kurang paham kesehatan. Makanya dia makan ga tahu batas." Teressa berdiri memijat satu bahu kakaknya yang duduk di sofa tunggu luar kamar.

"Ga. Alina tahu kesehatan. Cuman emang suka banget sama kerupuk kulit."

"Ya, ga papa. Biar jadi pelajaran Alina kedepannya," Paulina menengahi. 

"Ada apa, Tio?" tanya Paulina pada dua ajudan yang ragu mendekati mereka.

"Kami menemukan cangkang durian di tong sampah, tuan. Besar. Cangkang duriannya sudah kami amankan."

"Durian besar?" gumam Rangga memicing.

"Kayaknya iya. Soalnya kemaren sore aku lihat ada duren gede di troli Alina." Lucia angkat bicara.

Rangga menghela napas berat. Ternyata istrinya benar-benar sakit dikarenakan kalap karena makanan.

Satu ajudan ijin bicara. Ia bilang kalau dirinya sempat diberi durian dan jelas sekali istri dari majikannya tidak menghabiskan itu sendirian.

Alina's Love Story [TAMAT]Where stories live. Discover now