24. Jangan ganggu

5.4K 392 91
                                    

Kedua kaki jenjang itu melangkah lamban keluar dari kamar mandi. Tubuh tinggi besar berototnya kini begitu memas, lunglai, jauh dari kata bertenaga. Rangga berjalan semampunya menuju ranjang disana.

Alina berdiri sabar di dekat dinding, mengikuti suaminya tuk menuju ranjang. Alina takut Rangga kenapa-napa.

"Mas Rangga mau makan apa, mas? Mas Rangga mau sop jamur, atau bubur aja?" Tanya Alina begitu lembut.

"Hati-hati, mas, duduknya. Sebentar," ucap Alina segera mencekal lengan besar itu. Masih tak ada jawaban.

"Mas Rangga ga mau dipanggilin dokter? Biar kita panggil dokter aja, biar dikasih obat."

"Atau mas Rangga ma—."

"Aku mau sendiri." Rangga berdiri menghadap Alina dengan datar, bibirnya kering, wajahnya pucat.

"Iya, mas. Akuu,.. aku minta maaf udah ganggu mas Rangga."

Rangga tertidur membelakangi, selimutnya ia pakai sampai menutup leher, matanya menatap lemah seiring melihat potret pernikahan dirinya bersama sang istri. Alina, tidak bahagia bersamanya.

"Kenapa, Alina, Kenapa? Hmm?" Isak Rangga mejumpahkan tangis.

"Disaat aku teguh pendirian buat kabulin kamu yang mau cerai, malah nolak."

"Kamu bolak-balikin perasaan aku. Harusnya kamu manfaatin luluhnya hati aku kemarin." Rangga memukul lemah dadanya, matanya memejam frustasi.

Sesungguhnya, Rangga tak ikhlas tuk bercerai. Rangga hanya berusaha membuat wanita yang ia cintai tidak sakit hati berlebih lagi darinya.

Alina berdiri mendekap mengusap kedua bahu. Sudah siang hari, dirinya belum makan. Makan? Itu tidak ada dalam daftar ingatannya untuk sekarang. Tubuhnya menghadap jendela besar yang membuka, membuat angin berhembus seiring dirinya melihat pemandangan taman di kejauhan sana.

"Aku ga mau, aku ga mau cerai. Kenapa mas Rangga gituu?"

"Jangan, mas. Hiks. Hiks." Alina menutup wajah, tak kuat menahan tangis.

"Alina, lebih baik cerai dari sekarang aja, Alina. Kasihan kamu, kasihan anak saya juga." Paulina berdiri di samping Alina, sama menghadap keluar.

"Karena dipaksa, kan, kamu nikah sama anak saya? Karena uang juga, demi Putra. Iya?"

"Rangga janji bakalan kasih uang tunjangan, bahkan sampai kalian cerai, atau mungkin di seumur hidup kamu. Mau kamu menikah lagi atau tidak, kamu akan dapat uang dari anak saya." Paulina sama sembabnya, perlahan dirinya menatap menelisik pada Alina.

"Beda beberapa jam saja, hati anak saya yang luluh bisa keras kembali. Ayo manfaatkan sama kamu."

"Enggak, nyonyaa, enggaak." Alina melirih parau, kepalanya menggeleng lemah. Kucuran airmata kembali hadir.

"Serigala berbahaya itu sedang sakit, Alina. Ayo manfaatkan, minta dia lepasin kamu sekarang, dan selamanya."

"Huuu. Hiks. Enggak, nyonyaa. Huuu. Saya mohon maaf. Hiks. Saya minta maaf udah nyakitin perasaan mas Rangga. Hiks. Hiks." Alina ambruk berlutut memohon ampun. Tangannya bergetar menyentuh lutut Paulina.

Alina's Love Story [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang