67. "Tolong jaga suami hamba."

1.1K 77 10
                                    


Di atas ranjang yang luas, dilindungi khusus pelindung ranjang, Putra meringkuk menjaga adiknya yang masih bayi. Ia ganggu adiknya agar tidak tidur. Ia buat bayi cantik yang gendut itu tertawa renyah sampai kedua kaki dan tangannya menghentak di udara.

Putra cekikikan sendiri menyaksikan mata adiknya menyipit bersama gusi yang bisa terlihat. Suara tawa adiknya benar-benar membuat ia gemas.

"Kakaak, biarin adek tidur dulu, kaak." Alina keluar dari kamar mandi hanya berbalutkan handuk. Rambutnya basah.

"Lucu, maah. Ketawanya lucu." Putra terkekeh gemas.

"Udah jam tidur siang ini tu. Kasian."

"Xixixixi. Xixixixi." Cordellia tertawa menatap kakaknya yang usil memainkan perutnya.

"Ahahaha! Geli, ya?"

"Xixixixi. Xixixixi."

"Ahahahaha! Dedek gendut gelii." Putra berguling ke kanan ke kiri di atas ranjang. Tangannya berulangkali menonjok kasur.

"Astagfirullah. Ada-ada aja."

Bayi itu menatap ke arah samping dimana kakaknya tertawa dan heboh sendiri. Ia semakin tertawa renyah seolah tanpa ujung.

Lama sekali bayi itu tertawa, kini tawanya berganti cegukan.

Mata Putra dan Alina kompak melebar dan saling menatap. Lili cegukan.

"Maah.... cegukan, maah. Gimana?" tanya Putra duduk sila. Tampak raut cemas yang tak bisa disembunyikan.

"Kakak tolong ambil daster mamah, sayang."

"Adek gimana?"

"Biar mamah aja." Alina mengedip lembut. Ia raih Lili ke dalam pelukan.

Alina memakai daster dengan sigap. Kembali ia raih Lili yang sempat ia simpan di ayunan.

Lili masih cegukan. Itu membuat Alina dan Putra tak bisa tenang. Ia buat tubuh Lili sedikit berdiri.

'Heug! Heug!'

"Dedek kedinginginan ini. Tolong kakak matiin AC."

"Iya. Bentar." Putra begitu sigap mematuhi permintaan sang ibu.

'Puk-puk-puk!'

Cordellia dibuat telungkup diatas tangan ibunya yang mendarat di atas paha. Punggungnya ditepuk dengan ritme teratur.

"Tapi adek ga nangis, ya, mah. Aku kasihan." Putra duduk sila di depan ibu dan adiknya. Ia tampak sedih.

Bayi kecil itu telungkup setengah berdiri. Tangannya menghentak dengan daster ibunya yang ia kepal erat.

"Hehe."

"Lah? Kok ketawa?" tanya Alina memicing gemas.

"Abisan lucu adek. Hehehe. Kayak kura-kura," jawab Putra terkekeh salah tingkah.

"Astagfirullaah." Alina mendelik lemah. Ada-ada saja anak sulungnya ini.

"Sebentar, ya, adek cantiik. Bismillah. Semoga cegukannya cepet ilang," ucap Alina begitu manis mengangkat tubuh anaknya agar saling menatap. Mata biru itu tampak lesu menahan kantuk.

Tanpa menunggu lama, cegukan bayi cantik itu berhenti bersamaan dengan kantuk yang tak bisa lagi ditahan.

Cordellia menutup mata birunya dengan perlahan. Kini kedua tangannya dipasangkan sarung tangan berwarna hijau dengan mata kodok yang menggemaskan.

"Biarin adek tidur, yaa."

"Iihh. Sepiii." Putra mengerucutkan bibir.

"Kasihan nanti dedek bisa kemaleman tidurnya," ucap Alina merapikan alas terbuat dari kulit, lalu ditutup kain khusus bayi. Itu agar saat pipis Lili bocor tinggal diganti kain saja dan tak akan mengenai kasur.

Alina's Love Story [TAMAT]Where stories live. Discover now