51. Tidak

864 97 10
                                    


Terjadi pertengkaran hebat diantara pasangan suami istri yang baru saja sang istri melahirkan. Sang istri terus meminta cerai dan pisah, sedangkan suaminya terus membentak tak terima. Kondisi ruang kumpul keluarga itu sangat hancur, berantakan.

Disana Alina berdiri dengan kucuran airmata dan bayi kecil dalam dekapan. Ia bilang dirinya sampai kapan pun dirinya tak akan pernah mau hidup berdua dengan pria seperti Rangga.

"Ngomong! Ngomong sekali lagi!"

"Aku ga bakal pernah mau hidup sama laki-laki kayak kamu!" geram Alina melangkah mendongak berani.

"Hina buat aku!" lanjutnya mendesis.

"Apa?"

"What more what?" gumam Rangga memicing.

"Kamu mau cerai? Pisah? Itu mau kamu?"

Wanita dalam kucuran airmata itu mengangguk tanpa terlihat berpikir sama sekali.

Bukannya takut oleh kilat tajam itu, Alina justru terus mengangguk mengiyakan supaya suaminya tak mengira ini main-main.

"Kenapa? Ayo, talak aku." Alina menyeringai dibalik kesedihan.

"Sampai kapan pun aku ga bakal talak kamu. Tapi kalo kamu mau pergi dari rumah ini, silahkan," ungkap Rangga penuh penekanan.

Kening Alina sontak mengkerut dan matanya memicing.

"Toni, Gilang, semua! Come!"

"Baik, tuan! Kami datang!" 

Alina mundur tak percaya menatap empat ajudan masuk ke ruang keluarga. Dekapannya pada sang bayi sontak semakin erat.

"Kasih anak saya ke tangan saya, sekarang." Rangga begitu dingin menyeramkan.

"Siap, tuan!"

"Aaaa! Jangan! Lepasin tangan saya!"

Dua ajudan mencengkeram paksa tangan sang nyonya agar melerai dekapan pada bayi. Satu dari mereka berusaha mengambil bayi itu.

"Toloong! Ini anak aku! Maas! Aaa! Huuu. Lepasin! Apa-apaan ini, mas? Aarrgh!" jerit Alina melotot histeris kala bayi tenang itu berhasil direbut, sementara tangannya ini terus ditahan.

"Haii, sayaang! Anak papah? Hehe. Cantik banget, siih. Cantik kayak mamah?" cicit Rangga mendekatkan kening pada wajah anaknya.

"Lepasiiin! Itu anak aku! Lepas! Maaas!" jerit Alina meraung pedih.

Bayi cantik itu begitu tenang. Ia tatap ibunya disana, lalu kembali menatap sang ayah.

"Mau denger papah nyanyi? Adek cantik. Hihi. Sama papah, ya? Adek maunya sama papah, ya?" cicit Rangga menggoda bayinya.

'Mmwah!'

'Mmwah!'

Bayi tenang itu mengedip lemah sesuai ritme kecupan sang ayah di pipi dan kening. Saat ayahnya menyeringai, ia tersenyum manis.

Ayah dan anak itu tak menghiraukan tangisan permohonan Alina.

"Sana pergi. Kamu, mau, kan, pergi dari rumah ini? Jauh dari suami kamu?" titah Rangga bersuara tenang, namun penuh keseriusan.

"Nggak! Kasih anak aku!"

"E-eits! Haha! Mana bisa gitu? Haha. Sana pergi. Ga usah bawa anak aku."

"Mas?" gumam Alina tak habis pikir.

"Lepasiin! Kalian jahat! Itu anak saya!"

"Aku yang ngandung dia, mas! Aku yang lahirin dia! Aku ibunya!"

Alina's Love Story [TAMAT]Tahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon