60. Farhan kurang ajar.

617 61 13
                                    


Hari selanjutnya, Rangga dan keluarga kecilnya kembali mendatangi Universal Studio sesuai keinginan anak mereka. Bedanya, kali ini mereka datang jauh lebih awal dari hari kemarin, lalu saat sudah menemani Putra sampai makan siang, Rangga dan Alina meninggalkan anak mereka.

Sepasang suami istri itu memutuskan tuk pergi berbelanja membeli kebutuhan bayi.

Di dalam mall yang begitu luas dan mewah, Alina menaiki koper besar yang bisa melaju secara otomatis, seperti motor. Di sampingnya Rangga berdiri menyesuaikan kecepatan.

"Duduknya ngangkang gitu."

"Kamu gendutan. Lucu."

Tubuh Alina kini lebih berisi dari sebelumnya. Tangan dan kakinya membesar. Cincin kawin mereka sudah ia lepas.

"Iya. Perutnya makin gede. Tapi tahu, ga, mas? Orang-orang hamil delapan bulan gede pada lebih gede dari ini." Alina fokus menyetir.

"Terus kalo lebih gede kenapa?"

"Ya aku iri. Kan kalo perut gede tu kelihatan banget lagi hamil. Hehehe."

"Ada-ada aja. Haha."

Alina terkekeh manis. Dengan senang hati ia berbelok ke toko khusus perlengkapan bayi dengan merek ternama.

"Kata Sara beli barang-barang bagus dari sini. Kualitasnya bagus banget." Alina menelisik sekitar. Mata berbinar.

"Oh, kirain murah meriah." Rangga mendengus jahil.

"Nggak, laah. Sara harus yang mahal-mahal sama suaminya."

"Kemarin juga aku lihat merek baju anaknya tu ini. Sharon. Lucu-lucu gituh," ucap Alina dibantu berdiri.

"Ada baju model yang kayak kerajaan gitu, lho, mas. Ada renda-renda gitu."

"Hmm. Mau beli itu?" tanya Rangga mekraihtangan istrinya tuk bergenggaman.

Alina mengangguk antusias. Ia benar-benar terkesima kala melihat betapa menggemaskannya anak Sara.

Mereka diberi troli. Dengan cerdas Rangga mengaitkan troli dengan koper mereka yang akan mengikuti mereka kemanapun.

"Mana daftar yang harus dibeli?" tanya Alina menjulurkan tangan.

"Ha?"

"Kan, di mas. Tadi mas yang minta nulis, aku sebutin satu-satu."

"Wait." Rangga melepas genggaman mereka. Ia merogoh saku celana tuk memeriksa ponsel.

"Mas? Gimana?"

Kedua alis tebal Rangga terangkat naik, namun matanya fokus pada layar ponsel. Ibu jarinya mengusap layar dengan gesit.

"Ouhh... umm.. kayaknya kehapus." Rangga menggaruk sisi kepala. Sudah dicari di semua aplikasi memungkinkan, namun tak ada.

"Coba pelan-pelan ceknya. Siapa tahu ada di notes yang mana. Di WA atau."

"Nggak dishare ke aku?"

"Nope!" jawab Rangga menggembungkan pipi.

"Ssst! Ck! Kehapus ini pasti. Kamu lihat sendiri, kan, aku ngetik."

"Huft." Alina membuang muka.

Ditatapnya seisi toko yang begitu luas, mewah dan berkelas ini. Alina seperti kehilangan rasa antusias. Semua sudah ia catat.

Alina melengos pergi menuju ke suatu sudut. Cekalan tangan suaminya ia lepas dengan perlahan, namun memaksa. Seketika Rangga terkejut.

"Bentar, bentar. Biar aku inget-inget lagi. Aku inget banyak, kok." Rangga berusaha menghadang langkah istrinya.

Alina's Love Story [TAMAT]Where stories live. Discover now