40. Alina pergi.

2.6K 245 15
                                    

...
Mata Alina membuka perlahan. Ia menelisik sekeliling kamar villa yang begitu tradisional dan indah. Perlahan tangan Alina menyadari sesuatu, yaitu dirinya hanya berbalutkan selimut.

Alina terpejam. Suara debutan ombak sangat jelas terdengar. Sinar mentari dari jendela yang terbuka membuat kamarnya tak perlu cahaya lampu. Gorden bergoyang sesuai tempo angin yang besar dan cepat.

Perlahan Alina duduk menyandar. Kamarnya berantakan. Dua bantal ada di bawah, banyak bagian-bagian basah di kasur, dan sprei yang tidak terpasang baik seperti awal mereka tiduri.

"Apa mas Rangga masih lama renangnya?" gumam Alina berjongkok dihadapkan koper dalam keadaan tubuh dibalut selimut.

"Aku ga bisa. Hiks. Rasanya sakit. Hiks." Alina menangis.

"Setiap tatap mas Rangga, rasanya bener-bener berat, sakit. Hiks."

"Sementara mas Rangga ga merasa bersalah sedikitpun."

"Babe! Honeey! Sini keluaaar! Aku nangkap banyak ikaaan!" teriak Rangga begitu kencang meski dapat diketahui keberadaannya jauh.

'Glek.'

Menatap suaminya saja Alina sudah tak sudi, apalagi berkontak fisik. Meski memang ia banyak terbuai oleh sentuhan itu, tapi tetap saja.

"Babee! Honeey! Sini, lihaat! Ada kerang jugaaa!"

"Alinaa? Alina? Babe?" bisik Rangga memasuki villa kecil mereka dengan hati-hati.

"Alinaa? Kamu masih tidur?"

Rangga seperti seorang ayah yang akan membangunkan putri kesayangannya.

"Y-ya, maas?! Aku baru pake baju, mas!" teriak Alina tahu suaminya sudah masuk villa.

'Ctlek.'

"Hai! Haha. Baru bangun, hmm? Istri aku baru bangun gini malah makin seksi!" sambut Rangga mendamba pelukan. Tubuhnya basah, namun rambutnya tidak.

"A-akh!" kejut Alina terpejam Tubuhnya didekap dan tertular basah.

"Princess Alina baru bangun tidur? Hmm? Hmm? Hmm?"

Tangan besar itu menangkup gemas pada sisi wajah cantik Alina.

"Bauu! Bau sesuatu! Haha."

"Mmmhh!"

Alina meringis menerima serangan kecupan bertubi-tubi. Rangga mengendus sekeliling wajah hingga leher, benar-benar membuatnya tak berkutik.

"Ayo, kita masak ikan. Katanya kamu suka ikan bakar buatan aku. Hahaha." Rangga menggendong tubuh istrinya secara vertikal. Seperti tak ada beban sedikitpun ia membawa tubuh itu hingga keluar villa dan menginjak pasir pantai.

Penginapan mereka memang berada di pantai. Saat menginjak bawah teras kayu, mereka menginjak pasir.

"Princess Alina duduk aja. Biar aku yang masak."

"Hmm? Haha. Diem terus kamu. Entar aku hukum."

Alina duduk salah tingkah menyaksikan suaminya yang menyusun alat pembakaran dari bebatuan. Ada unsur keseriusan dalam candaan suaminya.

"Kamu udah pake sunscreen?" tanya Rangga menjeda aktivitas memberi bumbu pada ikan.

"Ud-udah." Alina mengangguk.

"Nanti sunburn, kayak Teressa dulu."

Alina mengangguk.

"Mau pedes manis? Atau,..?"

Alina's Love Story [TAMAT]Where stories live. Discover now