18. Uang.

5.1K 370 35
                                    

Alina berjalan mengikuti langkah anaknya. Putra di depannya begitu rapih dengan bakutan jas mahal yang dipadupadan dengan celana pendek yang memperlihatkan lututnya. Alina sendiri memakai sweter hijau tua model turtle neck, ditambah rok kulit berwarna coklat tua dengan panjang setengah betis, terbilang sopan. Penampilan Alina terbilang formal, simple, namun memukau.

"Putra tu pangling lihat mamah pake make-up. Siapa yang dandanin? Dia jago!" Ucap Putra berjalan memimpin, tangannya meraih lembut pada tangan sang ibu.

"Mamah dandan sendiri, kok. An-aneh ya? Mamah pake lipstik, kata bi Yaya harus dipake. Sama ditambah eyeshadow, kali ini dibantu."

"Masa sih?" Sontak langkah Putra berhenti. Tubuhnya memutar, kepalanya menengadah dengan tatapan menelisik kagum.

"Mamah cantik banget, lho! Mamah beedaa banget. Lipstiknya oren, bikin cerah-cerah gimanaa gituh. Terus juga gaya rambutnya keren, Bergelombangnya kayak pake pola. Pokoknya cantik!"

Alina berhasil dibuat tersipu malu oleh anaknya sendiri. Tatapan Putra yang berbinar penuh semangat, polos, itu membuatnya merasa dianggap seperti manusia sempurna.

"Eh? Tuh, itu papah! Ayoo!"

"Aw! Hei, sabar, sayang!" Ringis Alina berjalan kelimpungan mengimbangi Putra yang menarik kencang tangannya.

Laki-laki itu duduk dengan tegap, kedua bahunya mengembang seiring napasnya tercekat. Rangga dibuat terkesima dengan kehadiran istrinya itu. Alina begitu sederhana namun memukau, begitu simple tapi berkelas. Sepatu bootnya menambah kesan khas.

"Papaah! Mamah, ayo! Aaaa!" Teriak Putra penuh semangat menuju ayahnya yang berdiri menyambut mendekap buket bunga super besar.

"Hap! Good boy! Tos dulu!"

"Yeay!" Jerit Putra menuruti ajakan ayahnya. Kedua bibir mereka tersenyum manis sempurna

"Putra belum makan, kan? Papah belum makan, biar kita makan banyak bareng-bareng." Rangga berjalan mengelilingi meja bundar tuk menurunkan Putra diatas kursi yang disediakan untuk anaknya.

"Belum, dong. Putra bakalan makan baanyaak banget."

Rangga mendengus gemas, dicubitnya kedua pipi sang anak, tak lupa pula Rangga mengusap gemas ujung kepala anaknya hingga anaknya itu tersipu manis.

"Duduk disini, okay? Mamah sama papah disana. Orang tua duduknya deketan!" Bisik Rangga mengedip jahil pada Alina yang berdiri mematung tak tentu tujuan.

"Okay!"

"Tapii-,.. ck! Kenapa restorannya sepi, sih? Padahal kelihatan mahal, berkelas, tapi ga laku. Apa jangan-jangan masakan disini ga enak? Papah! Papah harus hati-hati!" Bisik Putra melotot serius, kedua tangan gempalnya menarik jas Rangga dengan kuat.

Rangga hanya mendengus memaklum, tak lupa dirinya segera memberi penjelasan singkat dan padat pastinya. Dengan cepat Rangga paham seperti apa gaya hidup anak dan istrinya dulu, sangat memprihatinkan.

"Sini, babe, duduk sini!" Ucap Rangga menarik sekaligus menekan pinggang Alina tanpa bisa dibantah.

"So perfect! Istri siapa ini hmm? Haha."

Alina's Love Story [TAMAT]Where stories live. Discover now