62. Mengejutkan

860 76 11
                                    


Aku tak akan lupa tuk mengingatkan kalian agar memberi vote. Hehe.
Kalo sempet, bisa komentarin si Alina ama Rangga. Wkwkwk. Komentarin siapa aja bebas. Wkwkw.

[ALINA'S LOVE STORY]

Pagi yang cerah membuat mentari tampak ingin menembus setiap kaca. Di depan jendela besar dan tersorot matahari, Rangga duduk menyandar tenang hanya dmemakai celana pendek dengan bayi merah gendut yang tidak tertutup setelah benang pun.

Kulit Rangga dan bayi gendut itu saling menempel. Ini adalah saran dokter agar mereka memiliki bonding yang baik.

Rangga masih belum terbiasa. Ini hari kelimanya menjadi seorang ayah dari bayi merah. Dekapannya pada tubuh itu tak bergerak sama sekali setelah menemukan posisi tepat.

"Kaku banget, sih." Teressa mendengus kala kakanya mendongak terus mengusap kepala bayi dengan satu sisi wajah menyentuh dada.

"She's just a baby." Rangga terkekeh. Ia tak berani mengangkat kepala tuk melihat anaknya.

"Harus sering-sering kayak gini. Biar bonding kalian kuat. Ga usah pake baju biar kulit ayah sama bayinya nempel langsung," ucap Teressa membelai pipi keponakannya.

"Y-yeah. It's feels awesome."

Bayinya sangat tenang. Matanya masih sulit dibuka, sangat sipit sekali.

"Dia cantik banget. Matanya biru, kayak aku. Haha." Rangga menepuk pantat mulus itu.

"Ssuut. Alina belum tahu." Rangga berbisik.

"Hahaha. Kaget banget, pasti."

Pria yang menyandar dengan bokong berjauhan dari sandaran kursi itu terkekeh kala dibantu agar duduk tegap.

"Sssuut. Baby, girl. Ssuut." Rangga bergoyang kecil tuk menenangkan.

"Berapa kilo, sih?"

"Tiga koma tujuh. Tingginya lima puluh," timpal Rangga sangat hati-hati mengubah dekapan.

"Ck! Pantes. Gemoy gini. Pahanya itu ngelipet-lipet!"

"Hahaha."

"Hei! Kakak udah bangun? Sini." Rangga melambaikan tangan pada anak sulungnya yang duduk di sofa dengan wajah bantal.

Putra mengedik. Ia lebih memilih sarapan.

"Pipinya kayak mau pecah. Hahahah."

"Ssuut. Alina lagi tidur," timpal Rangga memperingati. Ia menahan tawa kala setuju dengan ucapan adiknya.

"Udah ga demam lagi, kan?" tanya Rangga masih menatap istrinya di kejauhan. Teressa mengangguk.

Acara berjemur telah selesai. Dengan mudah Rangga memerintah adiknya tuk memakaikan pakaian pada si bayi cantik. Teressa mendecih.

"Hati-hati gantiinnya." Rangga meringis kala menyerahkan bayi.

"A-aaww!" pekik Teressa melotot mendapati bayi itu ngompol.

"Aaaaa! Kaaak!" rengeknya tak bisa berbuat apa-apa.

Bukannya menolong, Rangga malah mundur dan mengedik. Ia tertawa, lalu lari meninggalkan adiknya.

Hentakan Teressa yang melempar handuk membuat bayi itu merengek kecil. Segera ia tenangkan bayi itu dan menyimpannya di tempat ganti popok.

"Aku yang cebokin, gituh?"

"Kan, kamu ibu anak tiga. Udah berpengalaman. Masa bangunin Alina lagi nyenyak-nyenyak gitu?" timpal Rangga retoris.

"Haissh! Maunya bikin doang!"

Alina's Love Story [TAMAT]Where stories live. Discover now