54. Putra berulah.

881 73 3
                                    

NEBULIZER 👆👆👆

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

NEBULIZER 👆👆👆

[ALINA'S LOVE STORY]

Wanita bernama Vanessa ternyata membuat tembakannya menghasilkan peluru nyasar.

Alina sempat pingsan dikarenakan terkejut. Segera ia dibawa ke rumah sakit terdekat tuk ditangani. Alina mengalami sesak napas berkepanjangan, sementara Rangga butuh peluru di bawah bahunya diambil.

Disinilah Alina sekarang, di UGD bersama Rangga. Begitu lemah Alina duduk menyandar pada sandaran ranjang dengan nebulizer (alat pembantu sesak napas) yang di pasangan di hidung dan mulut.

"Maass,.. Mas Ranggaa,.." lirih Alina dengan mulut tertutup alat nebu.

"Ya, sayang? I'm okay."

"Sakit, kan, maas." Alina menangis menyaksikan bahu suaminya.

"No, no, it's fine. Ga sakit. Kamu yang sakit. 

Pria dalam keadaan bahu dibanjiri darah segar itu berdiri menggenggam tangan istrinya. Ia sangat kuatir.

Alina menitikan airmata dalam keadaan lemah tak berdaya. Ditatapnya wajah sang suami dengan penuh cemas. Para perawat di sana mulai berdatangan membawa alat jahit.

"Duduk, pak. Biar pelurunya diambil."

"Maas." Alina menangis, namun justru Rangga menguatkan.

"Saya mau disini."

"A-um,.. iya, boleh."

"Heii. Malah nangis? Aku ga kenapa-napa, sayang."

"Kamu lagi sesak gini jangan nangis," ucap Rangga duduk di kursi yang ia dikatakan dengan ranjang istrinya.

Rangga dan Alina sama-sama pucat. Bedanya, Alina tak memiliki tenaga. Kedipan matanya pun lemah.

Kemanapun Rangga bergerak, Alina tak mau melepas genggaman mereka. Bola matanya mengikuti pergerakan sang suami.

"Hati-hati, sus," ucap Alina nyaris tak terdengar. Seketika perawat tersebut mengangguk ramah.

"Saya izin buka bajunya, ya."

"Gunting aja."

"Aakh!" ringis Alina membuang muka kala daging di bawah bahu suaminya begitu jelas terlihat. Bahkan sekarang dikucuri cairan.

"Jangan diliat, yang. Haha." Rangga malah tertawa.

"Ssst!"

"Maaf, ya, pak, yaa. Biar saya hati-hati."

"Jangan lama-lama."

"Siap, pak." Suster tersebut mendengus. Ia lanjutnya tugasnya tuk mengambil peluru yang masuk ke dalam daging.

Mendengar saran suaminya, Alina pun patuh. Ia kendalikan napas dengan perlahan. Matanya ditutup oleh telapak tangan besar, lalu suaminya tertawa.

Alina merengek sedih. Bisa-bisanya suaminya tertawa.

Alina's Love Story [TAMAT]Where stories live. Discover now