8. Papah.❤

11.1K 602 47
                                    

"Sekarang! Tandatangan ini, atau masuk penjara dan anak kamu terlantar bertahun-tahun." Rangga menunduk menyembunyikan seringai bahagianya seiring membungkuk dalam duduknya, mendorong lembaran kertas diatas meja pada Alina.

"Saya ga bakalan basa-basi, Alina. Nikah sama saya, atau hidup kamu sama Putra berantakan. Nikah sama saya, hidup kalian berdua terjamin. Anak kamu anak saya juga, saya bakalan jadi ayah yang baik."  Rangga kembali duduk dengan tegap. Kedua kakinya melipat angkuh, begitu pula dagunya yang naik seiring menatap dingin pada Alina yang membeku keheranan.

"Nik-nikah? Jadi kalung itu,..? Kalung tadi sengaja dimasukin?" Ujar Alina tergagap sudah seperti kehilangan akal.

"Ya, Alina. Termasuk polisi tadi, mereka sengaja saya bayar. So? Saya juga bisa lakuin lebih dari sekarang, lebih kejam, bahkan tidak mampu kamu bayangkan sebelumnya." Rangga menatap keras dibalik rasa sedihnya melihat penampilam Alina yang berantakan. Rambut panjang Alina begitu kusut, wajahnya sembab, matanya bengkak. Tubuh kurusnya membuat Rangga tak bisa lagi berkata-kata.

Diam, wanita dewasa yang berpenampilan kusut nan berantakan itu hanya bisa terdiam. Alina sungguh lelah memikirkan ini semua, tapi dirinya harus, karena ada Putra yang terseret disini. Jika Putra tidak terseret, Alina bisa dengan mudah saja menerima untuk masuk penjara.

"Enggak? Why? Ngapain gelengin kepala?" Desak Rangga keheranan. Tatapan syoknya tak bisa lagi ia tutupi.

Alina menggeleng tanpa tenaga. Tenaganya sudah terkuras habis, berontak kala dua petugas itu terus menggiring dirinya tadi. Tidak, Alina tidak ingin menikah seperti ini, apalagi dengan lelaki yang sudah melecehkannya.

"Saya bukan objek. Saya ga bisa dibeli. Terimakasih buat jebakannya." Alina membuang muka, kedipan matanya menunjukkan betapa dirinya sudah lelah.

"Jadi kamu nolak?" Ucap Rangga sontak segera dibalas sebuah kedipan lemah. Alina bahkan tak ingin menatap padanya sedikitpun.

"Iya, saya nolak. Saya ga salah, tuan. Hiks. Kenapa bisa tuan sejahat ini? Bukannya kita bahkan baru ketemu empat hari yang lalu saat di kantor? Saya bahkan ga pernah lihat kalung itu sebelumnya." Alina menatap nanar penuh permohonan. Tidakkah Rangga merasa jahat dan kejam pada dirinya ini?

"Hiks. Hiks. Saya cuman janda, tuan. Saya ga cantik, ga ada yang menarik di saya. Hiks. Hiks. Sudahin semuanya, saya mohon. Saya mohon. Anak saya butuh saya."

Permohonan Alina tak sedikitpun merubah keteguhan hati Rangga. Ditatapnya wajah yang sembab itu, membuat Rangga semakin gencar tak ingin mengalah. Betapa Alina menyedihkan. Alina bahkan merendahkan nilai dirinya sendiri.

"Saya ga butuh kamu obral cerita. I don't give  a shit about that." Rangga kian menggeleng keras tak bisa dibantah. Meski hatinya seperti ditusuk sembilu, tapi Rangga tetap tak akan menyerah.

"Saya sudah punya calon suami. I-iya, calon suami. Saya ga mungkin ninggalin dia." Alina kesulitan menelan ludah. Alina tidak ingin terlalu memperlihatkan dirinya lemah dan tak memiliki kekuatan apapun.

Sontak Rangga membeku, matanya melebar semakin menakutkan kala tak percaya juga tak terima atas apa yang sudah Alina ucapkan.

"No, i don't care, i don't really care! Biar aku bunuh dia! Eergh! Biar aku bunuh dia, didepan kamu kalo bisa!" Desis Rangga membengis menakutkan. Mata tajam itu semakin menusuk, kedua tangannya mengepal hingga kuku-kukunya menyakiti telapak tangannya sendiri.

Mendengar itu semua, Alina kian pasrah tak berniat berontak lagi. Betapa Rangga adalah sosok pemberani, terdukung harta, tahta, relasi, dan banyak lagi hal istimewa lainnya. Rangga yang duduk tegap menantang di seberang kursinya ini sudah semakin tegas saja. 

Alina's Love Story [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang