53. Tembak

793 77 8
                                    

Sepasang suami istri menikmati hari yang mulai gelap. Keduanya duduk berselonjor saling mendekap. Alina begitu nyaman menyandar pada dada bidang itu. Ia belai dada suaminya seiring tangan besar membelai di perut.

Satu paha Alina terekspose dikarenakan dressnya terangkat. Tangan Rangga mendarat di permukaan kulit perut itu.

Hembusan angin membuat rambut Alina sesekali menutupi wajah. Dengan lembut Rangga menyalipkannya.

"Udah gedean, ya, sekarang perut aku. Hehe. Aku seneng." Alina tersenyum menikmati pemandangan laut yang seolah tak berujung.

"Yaa, setidaknya mulai melendung." Rangga mendengus memberi cubitan di perut itu.

"Aaw! Hahaha!"

"Aku yakin banget anak kita perempuan. Serius!"

"Oh, ya? Haha. Aku, siih, cowok."

"Lho? Kok?" gumam Alina mengerucutkan bibir dengan manis. Ia penasaran.

"Emang kenapa? Ini, kan, feeling. Bukan aku yang kendaliin." Rangga memicing sembari menekan kening mereka.

Bibir mereka saling mengecup. Rangga mendengus kala membiarkan bibirnya diberi lumatan.

"Nakal!" bisik Rangga menatap menusuk menggoda.

Wanita itu bersemu merah, namun tak mau menyembunyikannya. Ia justru menjulurkan lidah dengan manja.

"Tapi aku maunya cewek." Alina menciut manis menelusupkan wajah di bawah ketiak suaminya.

"Aku apa aja, bebas."

"Iih,.. cewek juga, dong, mas. Ayo doaiiin," rengek Alina mendongak.

Rangga mengedik. Cebikan manja itu justru membuatnya puas.

"Doainnya cewek, yaa. Ya, ya, yaa."

"Maas."

"Mas sayang ganteng," rayu Alina membelai bawah dagu suaminya.

"Aiiih. Maaas," lirih Alina mendorong dada suaminya dengan pucuk kepala. Ia tepuk perut kotak-kotak itu dengan cukup bertenaga.

Semakin lama, pukulan Alina semakin kuat pada perut itu. Tidak, tidak kasar. Karena gemas dengan pukulan yang tak kunjung berhenti, Rangga meraih tangan mungil itu, menurunkannya ke area bawah.

"Aaaaaa!" pekik Alina mengibaskan tangan di udara.

"Kenapa?"

"Iiih! Mesum!" jerit Alina beringsut menjauh.

"Ahahahah!"

"Kok, marah? Aku, kan, cuman nyimpen disana biar tangan kamu jadi ang–."

"Aaaaaaa!" teriak Alina terpejam menutup telinga dengan kedua tangan. Ia menggeleng tak mau mendengar, seperti bocah kecil.

"Mesuuum." Alina semakin kuat meneriaki suaminya. Tak mau ia biarkan telinga membuka. Pasti akan ada kalimat-kalimat mesum selanjutnya.

"Mas mesuum! Mesum, mesum, mesuum!"

"Hahaha."

"Sini, sini, sini." Rangga melambaikan tangan sebagai ajakan, namun istrinya menolak keras.

"Sini, hei! Haha! Kedengeran kapal sebelah. Malu." Rangga menakut-nakuti.

"Ga! Mana ada!"

"Malu, lho. Orang-orang lihat."

"Gaa. Bohong, kan?"

Rangga tertawa besar kala tangannya malah dipukul. Istrinya disana pergi buru-buru masuk ke dalam yacht seperti dikejar hantu. Saat ia memanggil, istrinya berteriak tidak mau.

Alina's Love Story [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang