66. True Love ❤️

955 84 6
                                    


Wanita itu duduk di meja rias dengan kalender meja yang ia genggam. Banyak sekarang adalah akhir bulan. Hampir seluruh tanggal disana sudah dicoret. Ada hari dimana itu tidak dicoret, melainkan dilingkari.

Alina melingkari satu tanggal bersama senyum penuh arti di bibir. Hari ini adalah hari berkunjung ke lapas.

"Ga kerasa, mas, udah pas dua bulan mas Rangga di penjara," batin Alina memandangi fotonya bersama suami yang di simpan di meja rias.

"Aku kangen banget, mas. Aku kangen kamu."

"Mas Rangga pasti kangen banget sama Lili. Anak kita setiap hari tumbuh jadi bayi cantik." Alina mendengus menatap kearah ayunan elektrik dimana anaknya tidur lelap.

"Adek tidur nyenyak, hmm?"

"Ini, peluk papah," bisiknya mendaratkan foto Rangga diatas perut bayi mereka.

Keluar suara khas bayi nyenyak. Alina sangat senang melihat bayi mereka seolah semakin nyenyak ditemani tidur oleh ayahnya.

"Hari ini mamah mau jenguk papah ke lapas. Adek Lili kangen?" bisik Alina masih berjongkok.

"Lili mau sampein apa ke papah?"

"Hihi. Papah, adek kangen papah. Adek sayaaang banget sama papah." Alina bicara seolah ia adalah seorang anak.

Tanpa diduga pelupuk mata dipenuhi airmata kesedihan. Airmata itu jatuh kala Alina merasakan rindu yang begitu berat.

"Mamah kangeen banget sama papah. Mamah mau peluk papah, cium papah," ungkap Alina menangis membelai bayinya yang lelap.

"Mamah mauu peluk semuanya barengan."

"Mamah ga bisa peluk papah." Alina terisak

"Tapi adek kuat. Adek udah lama ga dipeluk papah, tapi adek ga nangis," lanjutnya gemetar mengusap pipi sang anak.

"Hei! Alinaa..."

"I-iya, mih. S-sebentar."

Paulina bantu menantunya berdiri. Bisa dilihat dari satu foto Rangga di perut bayi itu, dan satu foto Alina-Rangga ada dalam genggaman menantunya.

Alina mengangguk kala ditanya apakah ia menangisi Rangga. Alina rindu suaminya.

"Aku kangen mas Rangga, miih."

"Ga sampe dua bulan lagi Rangga di penjara, kok, Alina. Bentar lagi." Paulina dekap tubuh menantunya yang lemah.

"Mendingan kamu siap-siap. Ini hari besuk, kan?"

"Iya, mih."

"Sini. Dandan yang cantik sebelum ke lapas. Biar Rangga seneng istrinya sehat, cantik, kuat," ucap Paulina menekan bahu menantinya hingga duduk di kursi rias.

"Biar mamih dandanin."

"Makasih banyak, mih."

Paulina memanggil perawat dari Lili. Ia suruh Lili di bawa ke kamar sebelah dulu.

Melihat gunting dengan sangat lama, Alina membuat ibu mertuanya cemas. Diambilnya gunting itu, lalu dimasukkan ke cela antara celana dan perut.

"Ga usah natap-natap gunting, lah. Ck!" decak Paulina semakin menyembunyikan gunting itu.

"Nggak, mih. Mamih mikirnya kejauhan."

Paulina menyisir rambut panjang menantunya seolah buru-buru, namun sangat telaten.

Tanpa diduga, Alina meminta rambutnya dipotong pendek, menggantung sampai leher.

"Sekarang? Sekarang banget? Buat jenguk Rangga?"

Alina's Love Story [TAMAT]Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz