39. Sulit.

2.7K 252 51
                                    

Dengan penuh usaha Alina memohon para pelayan tidak melaporkan kondisinya tadi. Kini ia sudah sadar, ia bergegas berias diri secantik mungkin agar suaminya tidak curiga sedikitpun.

Berpura-pura, itulah yang bisa Alina lakukan. Ini adalah jalan terbaik agar rencananya pergi dari belenggu Rangga berhasil. Dirinya bisa gila hidup dengan laki-laki yang sudah menghancurkan hidupnya.

Cinta? Alina menggeleng. Itu buka kata yang tepat tuk mewakili perasaan suaminya.

"Ini minumnya, nyonya. Nyonya jangan capek-capek, nanti pingsan lagi kayak tadi." Mia, asisten pribadi Alina menyerahkan segelas air minum dingin ke meja makan.

Mereka sedang di dapur.

"Ah? Iya, iya! Iya. Iya. He'em." Alina mengangguk tanpa peduli dirinya tak mendengar apapun tadi.

"Nyonya keringetan. Saya usap, ya? Permisi, nyonya."

"Makasih, Mia."

Alina terpejam menegak air dingin sembari membiarkan keningnya diusap tisu oleh Mia.

"Malem ini jadwal saya belajar mobil, ya?"

"Iya, nyonya. Belajar siang katanya udah aman, nyonya bisa. Tinggal malem-malem aja." Mia tersenyum manis membuka banyak keler camilan dan menyodorkannya.

"Bisa tolong batalin? Saya mau naik mobil sendiri nanti, jemput Putra." Alina mulai tersenggal napasnya. 

"Sendiri, nyonya? Tapii,.."

"Saya bisa, kok, Mia. Latihan sekarang cuma formalitas aja."

"Nyonya? Nyonya sakit? Nyonya selalu keringetan. Napas nyonya juga ga kontrol."

"Tolong denger saya, Mia!" tukas Alina tanpa sadar memukul meja. Nada suaranya tidak tinggi, namun penuh penekanan.

"Mi-mi-miaa? Sa-sayaa,.. hhhh. Sayaaa,.."

"Nyonya ada masalah, kan? Mia tahu nyonya pasti ada masalah, meskipun Mia ga tahu masalahnya apa." Mia benar-benar tulus. Ia prihatin.

"Hiks. Hiks."

"Miaa,.. hiks."

Tangis Alina runtuh kala Mia meraihnya kedalam dekapan, memberinya usapan serta kalimat-kalimat tuk menegarkan.

"Nyonya banyak bantu saya, nyonyaa. Hiks. Nyonya kayak adik saya sendiri. Nyonya selalu tanyain kondisi keluarga saya. Nenek saya yang stroke, kakek saya yang diamputasi kedua kakinya, sampai keponakan saya yang bisu, pun selalu nyonya tanya kabarnya."

"Nyonya itu baik. Banyak yang sama kaya rayanya seperti nyonya, tapi belum tentu dermawan seperti nyonya," lanjutnya Mia mulai menitikkan airmata.

"Itu sangat berarti bagi saya."

"Hiks. Hiks. Miaaa. Hiks."

"Nyonya selalu memperlakukan saya seperti manusia, beda dengan majikan-majikan orang. Nyonya tanya kondisi kesehatan saya, nyonya bahkan antar saya ke klinik waktu saya sakit. Hiks. Hiks."

Alina menangis tersedu. Ia butuh pertolongan.

"Ada apa, nyonya? Ada apa Alina? Hmm? Kamu selalu nangis, selalu bengkak matanya. Kenapa?"

Alina's Love Story [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang