HARU

6.6K 469 232
                                    

Sudah empat tahun berlalu, Shandy dan Farhan kini di nyatakan bebas setelah mempertanggung jawabkan perbuatan mereka.

Sudah ada, Maya, Fenly, Gilang, Ricky, Zweitson dan juga kedua orang tua Farhan menunggu kedatangan mereka di ruang tunggu.

"Kaka..." Teriak Fenly yang langsung berlari menghampiri Shandy guna memeluknya.

Shandy membalas pelukan Fenly. Ia juga sangat merindukan adiknya, Fenly sudah berjuang keras selama Shandy di penjara, Shandy sangat bangga dengan Fenly yang mau berkerja demi membantu Mamah dan biaya kuliahnya.

"Mamah.." gumam Shandy bersamaan dengan senyuman sambil menatap haru wanita yang kini berada di hadapannya.

Maya memeluk Shandy, "Mamah seneng Kaka bisa pulang kerumah lagi sekarang" lirih mamah sambil memeluk anak sulungnya.

"Kaka juga seneng bisa bareng-bareng Mamah sama Adek lagi"

"Lang.." ucap Shandy sambil menarik Gilang kepelukannya.

Satu-satunya orang yang paling layak mendapatkan ucapan terimakasih adalah Gilang. Gilang benar-benar menepati janjinya untuk menjaga Fenly dan memastikan Fenly tetap melanjutkan kuliahnya ke perguruan tinggi seperti harapan Shandy.

"Makasih, Lang. Makasih banget" lirih Shandy sambil memeluk Gilang.

Farhan pun ikut memeluk Gilang, setelah tadi ia memeluk Keuda orang tuanya.

Ya, Gilang tidak hanya menjaga Fenly dan Mamah Shandy, tapi Gilang juga menjaga keluarga Farhan.

***

"Yaudah Fiki masuk sana, Abang mau ada urusan bentar, nanti selesai Fiki latihan Abang jemput" lembut Fajri kepada Fiki, saat mengantarkan Fiki ke tempat kursus bela diri.

Fajri sengaja mendaftarkan Fiki kursus bela diri, karena Fajri tidak ingin mengulangi kesalahan yang sama, dulu Fajri menganggap tidak apa jika Fiki tidak bisa bela diri karena ada Fajri yang akan selalu melindunginya.

Tapi nyatanya Fajri salah, Fajri tak selamanya bisa melindungi Fiki, dan itu menjadi salah satu penyesalan terbesar Fajri.

"Abang mau ketempat Ka Fiki lagi ya?" Tanya Fiki yang tidak ada jawaban apapun dari Fajri

"Mau sampe kapan Bang? Udah empat tahun Abang kaya gini. Abang bilang, Fiki gak boleh sedihin Abang Al lagi, tapi Abang masih terus sedih tentang Ka Fiki"

Tidak ada jawaban apapun dari Fajri, Fajri hanya menguap lembut rambut hitam pekat milik Fiki, lalu meninggalkannya begitu saja.

***

"Assalamualaikum adeknya Abang yang paling ganteng" gumam Fajri sambil mengusap lembut batu nisan milik adiknya

Sudah empat tahun berlalu, tidak pernah seharipun Fajri lewatkan tanpa mendatangi makam Fiki, dan tidak pernah seharipun Fajri lewatkan tanpa menangis di pusara sang adik.

Bahkan Fajri memutuskan untuk homeschooling setelah kepergian Fiki dengan maksud agar tak ada yang menghalanginya untuk datang kesini.

"Abang kangen sama Piki"

"Abang sayang banget sama Piki"

"Coba aja waktu bisa di puter ya, Pik. Abang mungkin gak akan ninggalin Piki gitu aja waktu itu. Abang bodoh banget ya, Pik"

Fajri terus saja berdialog seolah Fiki ada dan mendengarnya, tanpa Fajri sadari matahari hampir tenggelam, bahkan Fajri lupa jika ia harus menjemput Fiki di tempat kursus.

RUMAH TANPA ATAP 2 (cerita dari pilar yang telah runtuh)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang