KURIR OBAT ?

1.5K 290 164
                                    

Fenly dengan cepat menyembunyikan tangan kanannya ke belakang tubuhnya guna menutupinya dari mamah

"teriak pagi pagi, rusakin pintu, kasar sama adek, kamu kenapa ? Oh jangan jangan kamu masih di bawah pengaruh alkohol, iya ?" Tegas mamah kembali

"Harus bilang berapa kali sih mah, Kaka gak minum" jawab Shandy dengan nada agak tinggi

"Kamu gak minum, tapi kelakuan kamu kaya orang mabuk, kamu pikir hebat ngelakuin kaya gitu ?" Tanya mamah

"Kamu pikir hebat ? Gak Shan, kalo kamu mau jadi jagoan, di luar sana! Gak usah disini, mamah gak mau punya anak so hebat, so jagoan dengan cara nyakitin adiknya sendiri!" Sambung mamah kembali

Shandy menghela napas kasar, kemudian pergi begitu saja, Shandy tidak marah pada mamah, hanya saja Shandy bingung bagaimana menjelaskan pada mamah, jika saja Shandy langsung bilang apa yang Fenly lakukan mamah pasti akan ikut marah pada Fenly, dan lagi lagi mental Fenly yang terguncang, untuk saat ini mental Fenly adalah salah satu hal utama selain kesembuhan matanya

***

Fajri kini berjalan menuruni anak tangga, menuju ruang makan dimana sudah ada mamah dan Fiki di sana

"Aji kok kamu belum siap siap ?" Tanya mamah saat melihat Fajri masih mengenakan kaus rumahan sedangkan saat ini sudah pukul 06.00 pagi

"Aji kayanya di rumah aja deh mah hari ini"

"Abang kenapa ? Abang sakit ?" Tanya Fiki

Fajri menggelengkan kepalanya sambil tersenyum "Abang cuma capek aja" pelan Fajri sambil mengacak lembut rambut hitam milik Fiki

"Garagara main sama aku kemarin ya ?" Tanya Fiki lagi

"Enggak, masa main capek sih, udah Fiki makan aja, nanti mamah yang anter" pelan mamah menghindari jawaban menyakitkan dari Fajri

"Mah.. Aji mau ngomong sama mamah, bisa ?" Pelan Fajri seketika membuat Fiki menoleh dan merasa tidak enak

"A-aku kayanya harus ke atas deh, ada yang ketinggalan" gugup Fiki kemudian pergi

Fiki pergi karena menyadari keberadaan dirinya yang tidak seharusnya ada di antara mamah dan Fajri

"Mau ngomong apa ?" Tanya mamah setelah kepergian Fiki

"Aji mau minta akses lengkap semua rekening yang di pake Fiki, semuanya, termasuk rekening biaya pendidikan akademik dan bela diri"

Mamah seketika mengkerutkan dahinya, menatap bingung anak laki-laki yang berada di dekatnya itu

"Buat apa ?"

"Aji gak bisa jelasin sekarang, tapi Aji butuh mah penting"

"Aji gak mau ngelakuin macem macem kan ? Ji Fiki juga adek kamu loh"

Fajri berdecak kesal "mah.. bisa gak kalo gak usah suudzon sama anak sendiri"

***

"Mental" gumam Shandy sambil tersenyum miris

Shandy kini duduk sendirian di salah satu taman pinggir kota yang berada tidak jauh dari rumahnya

"Mental, hati, sakit fisik, gue juga punya" gumam Shandy lagi dan lagi

Shandy menghela napas kasar, mengusap kasar beberapa kali wajahnya dan mengibas kasar beberapa kali rambutnya yang cukup panjang itu

"Aaaaaaa.. Shandy udah gila lu ya, bisa bisanya lu iri sama adek lu sendiri, bego emang" keluh Shandy menyadarkan dirinya sendiri

Shandy kini menyadarkan tubuhnya pada bagian belakang kursi yang di dudukinya

RUMAH TANPA ATAP 2 (cerita dari pilar yang telah runtuh)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang