Sisi akhirnya menjelaskan semuanya tentang Gilang pada Shandy, termasuk alasan kenapa Gilang tega melakukan itu semua, meski sebenarnya Gilang melarangnya, tapi Sisi hanya mau persahabatan mereka semua kembali seperti dulu
"Ya tetep aja Gilang salah, gak seharusnya dia lakuin itu, dan soal ancaman bokapnya yang di penjara itu bukan tanggungjawab gue apalagi Fenly, terus kenapa dia lancang bawa Fenly demi bokapnya, bodoh namanya" kekeh Shandy
"Ka Shandy bisa gak kita ngomongnya baikbaik aja, gak usah ngegas ? Nanti kepala Ka Shandy sakit lagi"
"Gak bisa Si gak bisa, semua hal yang udah nyakitin Fenly gak bisa di bahas baik baik"
Sisi menghela napas panjang, Shandy ini keras kepala sekali, tak beda jauh dengan Fenly
"Udah deh Si, gue minta tolong banget sama lu jangan bahas manusia itu lagi sama gue, gue udah benci banget sama dia, kalo aja nih gue sanggup udah gue abisin dia"
Sisi reflek mencubit lengan tangan Shandy, membuat Shandy mengriyit kesakitan
"Kalo Ka Shandy kaya gitu, terus apa bedanya Ka Shandy sama Aji ?" Tanya Sisi yang tidak mendapatkan jawaban dari Shandy
"Ka.. Ka Gilang emang salah, bahkan dia salah banget, tapi bukan berarti Ka Shandy hukum Ka Gilang gitu aja, kita bukan tuhan" sambung Sisi
"Si lu gak ngerti, gue liat pake mata kepala gue sendiri, Fenly kesakitan babak belur bahkan gak sadar, dan manusia itu cuma diem aja Si, sakit banget hati gue Si, bahkan dia saat gue gak sanggup bawa Fenly pergi Gilang cuma diem Si cuma diem" lirih Shandy dengan penekanan
"Sejak umur 9 tahun Fenly udah gak punya lagi pelindung selain gue, gue rela lakuin apa aja demi bahagianya Fenly, demi keamanan Fenly"
"Dunia boleh jahat dan kejam ke gue, tapi jangan ke adek gue"
"Tapi.. sahabat gue sendiri justru jadi alasan kenapa adek gue terluka" sambung Shandy dengan air mata yang tiba tiba jatuh tanpa di sadari
Kekecewaan Shandy kepada Gilang nyatanya sangat mendalam saat ini, shandy masih ingat jelas dimana saat Fenly melirih menatapnya dengan keadaan babak belur, sedangkan Gilang hanya berdiri terpaku tanpa mencoba sedikitpun menolong Fenly, bahkan Gilang tidak juga menolong Shandy saat Shandy sudah tidak mampu membawa Fenly pergi saat itu
Sisi mencoba menghapus air mata Shandy dengan lembut, membuat Shandy seketika bingung, ini pertama kalinya ada yang menghapus air mata Shandy setelah papah
"Maafin Sisi ya Kak, Sisi ngerti kalo Ka Shandy kecewa dan marah sama Ka Gilang, biarin hati Ka Shandy tenang dulu ya, Sisi yakin pelan pelan Ka Shandy pasti bakalan bisa maafin Ka Gilang"
"Satu yang Ka Shandy tau, Ka Gilang bener bener sayang sama Fenly dan Ka Shandy"
***
Fajri kini duduk sudut ruang kerja mamahnya, menatap ke luar jendela dimana banyak kendaraan berlalu lalang
"Dulu Piki suka duduk disini ya mah, katanya Piki selalu ngerasa jadi ultraman kalo duduk disini, karena mobil mobil keliatan kecil kalo dari sini" ucap Fajri tanpa mengalihkan perhatiannya dari kendaraan yang berlalu lalang itu
Mamah menatap sendu anak laki-laki yang dua puluh tahun yang lalu dilahirkannya itu, tampak jelas di pandangan mamah, seorang anak laki-laki kecil yang sedang heboh menjelaskan tentang kendaraan yang berlalu lalang itu kepada adik kecilnya
"Ji.." panggil mamah membuat Fajri menoleh ke arahnya
"Kenapa kamu gak ke rumah sakit ? Katanya kamu mau minta maaf sama mereka ?" Tanya mamah
YOU ARE READING
RUMAH TANPA ATAP 2 (cerita dari pilar yang telah runtuh)
General Fiction📌DALAM TAHAP REVISI Sudah empat tahun berlalu, sejak kepergian Fiki serta Masuknya Shandy dan Farhan ke penajara Kini Shandy dan Farhan sudah bisa kembali menghirup udara bebas setelah mempertanggung jawabkan perbuatannya mereka, setalah empat tahu...
