LANG

1.6K 338 228
                                    

Dokter yang menangani Fenly kini keluar membuat Shandy dengan cepat menghampiri

"setelah ini pasien akan di pindahkan ke ruang perawatan karena keadaan pasien yang perlahan membaik, namun masih membutuhkan istirahat yang cukup" jelas Dokter kepada Shandy

Shandy menganggukan kepalanya "makasih Dok"

Shandy mengecek ponselnya ada banyak sekali panggilan tidak terjawab dari mamahnya, yang sudah bisa di ketahui maksud dan tujuannya menghubungi Shandy, tantulah menanyakan prihal keadaan Fenly

Shandy menghela napas panjang sebelum akhirnya memberanikan diri menghubungi mamahnya, seraya menginfokan keadaan adiknya saat ini

"Assalamualaikum mah" pelan Shandy saat sambungan telponnya sudah tertuju kepada sang mamah

"Mamah tenang dulu, adek udah aman kok, sekarang Kaka lagi nemenin adek di rumah sak-" belum sempat Shandy menyelesaikan ucapannya sepertinya mamah sudah memotongnya entah apa yang di ucapkan mamah dari sebrang sana

"Adek udah gapapa mah, mamah tenang ya, mamah gak usah kesini dulu bahaya udah malem ya mah"

"Mah.."

Sambungan telpon seketika terputus, membuat Shandy mengusap kasar wajahnya beberapa kali, harus apa dirinya saat ini, Shandy tidak mungkin membiarkan mamahnya datang sendiri ke rumah sakit, tapi Shandy juga tidak mungkin meninggalkan Fenly begitu saja, perasaannya masih tidak aman meninggalkan Fenly

"Kenapa bang ? Nyokap lu mau kesini ?" Tanya Fajri yang sejak tadi duduk di kursi tunggu depan IGD

Shandy menganggukkan kepalanya

"Nyokap lu di rumah Sisi kan ?" Tanya Fajri kembali membuat Shandy menganggukkan kepalanya kembali, namun entah kenapa itu memancing senyum simpul dari wajah Fajri

"Yaudah kalo gitu gue jemput ya bang, kan bahaya kalo kesini sendirian, dan lu juga gak mungkin kan tinggalin Fenly sendirian"

"Eh Ji jangan, gue udah ngerpotin lu banyak banget malem ini"

"Gapapa santuy, dah ya gue otw dulu, diem diem aja lu disini" ucap Fajri sambil menepuk bahu Shandy beberapa kali

"Oh iya, Fiki disini dulu ya, temenin Bangshandy kasian dia sendirian" sambung Fajri yang langsung di angguki oleh Fiki

Fajri kemudian melangkahkan kakinya menjauh dari tempat Shandy dan Fiki berada, entah kenapa tapi Fajri tampak bersemangat saat ini

***

Gilang kini sibuk mengatur napasnya yang cukup berantakan, sambil menatap ke arah cermin toilet dengan keadaan mata yang keruh akan air mata, hingga membuat nya kesulitan melihat pantulan dirinya dari cermin itu

"Lu kalo nangis jelek banget Lang"

Gilang menggelengkan kepalanya cepat, entah kenapa memori tentang Farhan tiba-tiba terputar jelas saat ini, bahkan nada suaranya khas nya yang suka menyebut Gilang dengan sebutan "Udin"  kini terdengar begitu jelas di telinga Gilang

Gilang membersihkan tangannya yang sebelumnya terkena darah Farhan, kemudian membasuh wajahnya yang sudah lengket karna air mata itu, hingga akhirnya dirinya dapat melihat kembali pantulan dirinya pada cermin dengan begitu jelas

"Gue tau lu bego Han, bego banget malah, tapi buat kali ini lu begonya keterlaluan" seru Gilang sambil menatap tajam pantulan dirinya dari cermin

"Lu ngapain ngelakuin itu sih ngapain, lu bego banget sumpah bego!!!!!"

"AAAAAAAA FARHAN BEGO!!!"

RUMAH TANPA ATAP 2 (cerita dari pilar yang telah runtuh)Where stories live. Discover now