"Fenly mana ?" Tanya Shandy yang baru saja sampai di rumahnya
"Belom pulang" jawab Gilang dengan pelan
Shandy mengerutkan dahinya, jika Fenly belum pulang bagaimana mamahnya bisa tau
"Maaf bang" pelan Zweitson ke Shandy
Shandy mengusap kasar wajahnya beberapa kali dan menyibak rambutnya yang cukup panjang itu
"SON" geram Shandy
Shandy menghela napas panjang, memarahi Zweitson tidak akan mengubah keadaan saat ini, dan hanya akan menambah kemarahan mamah padanya
Shandy dengan perlahan masuk kedalam rumahnya berencana menemui mamah, Shandy tau saat ini dia harus meminta maaf, meski sebenarnya dia tidak tau harus mulai dari mana
***
"Assalamualaikum Mah" pelan Shandy yang kini sudah masuk ke kamar mamahnya
Mamah yang sebelumnya sedang istirahatpun kini sudah bangkit dan duduk di tempat tidurnya, kepala mamah terasa pusing, di tambah bekas jahitan pada bagian perutnya pasca operasi belum sepenuhnya pulih dan dan nampaknya itu cukup menyiksanya saat ini
Shandy hanya berdiri kikuk sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal sama sekali itu, mamah hanya menatap datar Shandy saat ini, tapi entah kenapa itu sudah cukup membuat Shandy takut
"Maaf mah" pelan Shandy yang kini sudah menundukkan kepalanya
Tidak ada jawaban dari mamah, membuat Shandy semakin serba salah, mamah sebenarnya tidak menyalahkan Shandy saat ini, dia hanya ingin mendengarkan penjelasan Shandy secara langsung
Setelah cukup lama Shandy berdiri terpaku dengan perasaan kikuk dan takut, akhirnya Shandy mencoba memberanikan diri untuk menghampiri mamah, dan duduk di sampingnya
"Mamah pasti udah tau semuanya kan ? Maaf mah.. Kaka salah, garagara Kaka, adek pergi" pelan Shandy yang kini sudah duduk di samping mamah
Mamah masih tidak bergeming, membuat Shandy semakin bersalah padahal yang sebenarnya terjadi mamah hanya memberikan space bagi Shandy mengeluarkan semua perasaanya
"Dari kecil mamah selalu ngajarin, kalo Kaka punya makanan terus adek minta, Kaka harus kasih makanan itu ke adek, kalo Kaka punya mainan terus adek mau minjem, Kaka juga harus kasih mainan itu ke adek"
"Tapi mah.."
"Tapi Sisi bukan makanan atau mainan, Kaka tau Kaka salah, Kaka minta maaf, tapi apa Kaka gak boleh bahagia mah ?"
Shandy menghela napas panjang sebelum akhirnya melanjutkan ucapannya
"Mah.. Kaka suka sama Sisi udah lama, bahkan sebelum Kaka masuk penjara"
"Mah.. sama Sisi Kaka gak harus jadi orang lain, sama Sisi Kaka gak harus jadi pura pura kuat, sama Sisi Kaka ngerasa nyaman sama kaya Kaka di samping papah"
"Maaf mah.." pelan Shandy dengan nada melirih
"Kenapa minta maaf ?" Tanya mamah ke Shandy
"Kaka egois, Kaka kan harusnya ngalah sama adek kan mah ? Kan bahagia adek yang paling utama"
"Kan dari kecil mamah ngajarin gitu, entah itu mainan ataupun makanan kalo adek minta Kaka harus ngalah dan kasih ke adek, sekarang adek mau Sisi, Kaka harus ngalah juga kan mah, biar adek bahagia" sambung Shandy dengan senyum palsunya
Mamah menggelengkan kepalanya pelan, dan memegang wajah anak sulungnya, membuat mamah menatap Shandy dengan dalam, mata yang penuh kebohongan itu kita terlihat begitu jujur
YOU ARE READING
RUMAH TANPA ATAP 2 (cerita dari pilar yang telah runtuh)
General Fiction📌DALAM TAHAP REVISI Sudah empat tahun berlalu, sejak kepergian Fiki serta Masuknya Shandy dan Farhan ke penajara Kini Shandy dan Farhan sudah bisa kembali menghirup udara bebas setelah mempertanggung jawabkan perbuatannya mereka, setalah empat tahu...