HUJAN

2.1K 369 168
                                    

"mau kemana ?" Dingin Fajri ke Sisi, membuat Sisi sedikit takut.

"Ma-mau pulang, gak maksud ganggu Aji kok, sumpah"

"Gak usah pulang, lu bilang tadi lu kangen kan sama adek gue, lanjutin aja"

"E-emangnya gapapa ?"

Tak ada jawaban apapun dari Fajri, Fajri kembali menghampiri pusara adiknya, lagi lagi mengusap lembut batu nisan itu, layaknya mengusap wajah adiknya.

"Makasih, pernah jadi sahabat adek gue" gumam Fajri membuat Sisi yang sebelumnya berdiri kaku kini memberanikan diri menghapirinya.

"Piki itu anak yang baik, baik banget, dia orang pertama yang mau nerima Sisi, pas Sisi baru pindah sekolah, Piki juga bilang kalo kita bakalan sahabatan terus, Sisi sedih Sisi gak ada di waktu terakhir Piki"

Fajri mengangguk "dia emang anak baik, sangat sangat baik, gue juga gak paham kenapa dunia harus jahat sama anak sebaik dia" lirih Fajri dengan air mata yang kembali jatuh

Memori masa kecilnya bersama Fiki seolah terputar secara otomatis di pikiran Fajri saat ini, masa dimana dia mempertahankan Fiki agar tetap bersamanya, bahkan tak jarang Fajri harus melawan pada mamah dan neneknya demi membela Fiki.

"Dulu gue selalu berdoa sama Tuhan supaya Piki bahagia dan gue rela kalo sebagai gantinya gue yang menderita, tapi bukan kaya gini yang gue maksud, meski gue yakin Tuhan pasti bahagiain Piki disana tapi-"

"Ji.." pelan Sisi sambil mengusap lembut punggung Fajri guna menguatkannya.

"Empat tahun, empat tahun udah gue lewatin tanpa dia dan itu berat banget, tiap malem gue selalu kebayang sama hari terakhir dia, hari dimana dia nangis di pelukan gue karena ngerasa sakit, dan itu semua karena gue yang gak becus jagain dia"

"Gue rela lakuin apa aja demi Piki tetep ada sama gue, tapi kenapa Tuhan gak ngizinin gue buat lebih lama lagi sama Piki, kenapa.." tangisan Fajri semakin pecah setelah empat tahun lamanya akhirnya Fajri bisa melepaskan semua tangisannya.

Sisi tidak bicara apapun, dia membiarkan Fajri melepaskan semua kesedihanya kini.

"Gue kangen banget sama Piki.." lirih Fajri dengan tangan yang mengepal dengan kencang

Marah, kecewa, benci, sedih, sesak menjadi satu dalam diri Fajri

Pada kenyataannya kehilangan adalah satu-satunya penghancur terhebat bagi setiap orang

***

"Eh eh kenapa nih" ucap Fenly saat tiba tiba motornya mogok padahal dia harus mengantarkan Risya.

"Kenapa Fen ?"

"Gak tau Bu, tiba-tiba mati"

Fenly kembali mencoba menghidupkan motornya namun tidak kunjung berhasil, cuaca sudah terlihat mendung membuat Fenly merasa tidak enak dengan Risya.

Dengan cepat Fenly bergegas mencari taksi dan menghentikannya

"Ibu naik taksi aja ya takut keburu ujan, maaf saya gak bisa anter Ibu sesuai janji saya" ucap Fenly sambil membukakan pintu mobil

"Tapi kamu gimana ?"

"Saya gapapa kok Bu, yang penting ibu sampe tepat waktu dan gak kehujanan"

Risya mengangguk dan dengan berat hati masuk ke dalam taksi

"pak bawa hati hati, pastiin sampe ke tujuan" ucap Fenly ke supir taksi

RUMAH TANPA ATAP 2 (cerita dari pilar yang telah runtuh)Where stories live. Discover now