"kenapa Fen nanya gitu ?" Tanya Shandy ke Fenly
Fenly tersenyum miris dan menatap lurus ke arah depan
"Fen denger yang tadi dokter bilang ke Kaka, Fen bakalan buta kan kak ?"
Shandy menggelangkan kepalanya dengan cepat "enggak! Fen gak akan buta, percaya sama kaka, kita bakalan terapi sampe mata Fen normal lagi, Kaka janji"
Fenly berdecak kesal "ka.. Fen gak mau terapi lagi, terapi itu capek, lagian peluang Fen bisa liat normal juga kecil kan, Fen gak mau terapi tiktik"
"Fen bakalan bisa liat lagi percaya sama Kaka, Fen harus sabar ya ikutin prosedur dari rumah sakit yah"
Fenly menggelengkan kepalanya pelan "capek kak capek.. Kaka gak tau gimana rasanya tiap malem Fen ngerasain panas dan sakit di area mata bahkan sampe ketulang pipi, sakit kak, coba kalo Kaka tukeran posisi sama Fen, apa Kaka mau ? Kaka juga gak akan sanggup" Lirih Fenly
"Mau!" Jawab Shandy dengan cepat
"Kaka mau tukeran sama Fen kalo itu bisa Kaka lakuin, semua sakit yang Fen rasain di pindah ke Kaka sekalipun, kalo itu bisa, kaka mau Fen, asalkan Fen tetep sehat, Kaka cuma mau liat Fen sehat lagi" sambung Shandy kembali dengan suara pelan namun dengan penekanan
"Sakit Ka.. capek, kenapa sih kak hidup kita kaya gini, belum lagi nanti kalo mamah tau, terapi butuh biaya banyak, Fen pusing kak, Fen ngerasa gak guna, bisanya cuma nyusahin, kalo tau gini harusnya Piki gak perlu nolong waktu itu, Biar Fen yang pergi, Fen capek banget kak capek" lirih Fenly
Shandy merangkul Fenly membuat Fenly menyandarkan kepalanya di bahunya
"Maafin Kaka ya Fen, ini semua salah Kaka" pelan Shandy
"Jangan capek, Kaka janji Fen bisa liat normal lagi, Fen cukup ikutin prosedur yang udah di kasih aja, jangan pikirin apapun, apalagi soal biaya, itu semua tanggungjawab Kaka, Fen cuma harus sembuh, kejar semua mimpi Fen, dan bahagia" sambung Shandy kembali
"Fen capek, Fen mau pulang" gumam Fenly dengan kepala yang masih di sandarkan di bahu Shandy
***
Fajri dan Fiki kini sedang berada di wahana permainan yang terletak di salah satu mall, hari ini Fiki tidak masuk sekolah karena ingin menikmati satu hari bersama Fajri, dan itu adalah harapan Fiki sejak lama
Fiki terus saja mencoba berbagai macam permainan untuk menarik perhatian Fajri, namun tidak sekalipun Fajri merespon, Fajri hanya menatap miris semua permainan disini, dulu tempat ini sering sekali dia kunjungi bersama adik dan sahabatnya saat pulang sekolah
Teriakan Fenly, hebohnya Zweitson, bahkan rengekan Fiki saat kalah ketika bermain, masih terdengar jelas di teling Fajri saat ini, dulu hidupnya bahagia sekali
Flashback on~
"Yang kalah teraktir bakso mang Umang" teriak Fenly sambil terus menyetir mobil mainan yang di tungganginya
"Setuju!! Yang kalah teraktir pokonya, yes Piki kalah yes" heboh Zweitson yang juga sedang menyetir mobil mainan yang ada di samping Fenly
"Abang.. tungguin Piki gak mau kalah bang" rengek Fiki pada Fajri
Fajri yang tau adiknya masih berada di belakang seketika menabrakkan mobilnya ke salah satu tiang jalanan, membuatnya kalah seketika
"Yeay menang!!!" Heboh Fenly, Zweitson dan Fiki
"Wah Aji yang kalah mah bukan bakso mang Umang lagi yang di beli, mang Umangnya sekalian langsung di bayar sama Aji" heboh Zweitson kembali
YOU ARE READING
RUMAH TANPA ATAP 2 (cerita dari pilar yang telah runtuh)
General Fiction📌DALAM TAHAP REVISI Sudah empat tahun berlalu, sejak kepergian Fiki serta Masuknya Shandy dan Farhan ke penajara Kini Shandy dan Farhan sudah bisa kembali menghirup udara bebas setelah mempertanggung jawabkan perbuatannya mereka, setalah empat tahu...
