Tujuh Belas Tahun

1.6K 324 161
                                    

jam menunjukan pukul 11 siang, prosesi pemakaman baru saja selesai kurang lebih 10 menit yang lalu, beberapa pelayat pun sudah pergi meninggalkan pusara, menyisahkan Shandy, Fajri, Ricky, Zweitson, Fiki, Raka, dan Gilang yang masih terpaku dengan mulut di kunci guna menahan tangisnya, serta kedua orang tua Farhan yang masih tidak percaya dengan situasi saat ini, hanya mentap sendu papan nisan bertuliskan nama anaknya

Ricky mengangkat kepalanya menatap ke arah langit yang nampak akan turun hujan, seolah semesta ikut menangis atas kepergian sahabat mereka, tidak ada lagi tingkah aneh Farhan, tidak ada lagi celetukan bodoh Farhan, tidak ada lagi manusia yang rela di anggap bodoh hanya karena ingin melerai pertikaian antara mereka

"gue sayang sama lu Han. makasih udah lahir ke bumi dan jadi sahabat gue, Bangshan dan Gilang" batin Ricky dengan air mata yang tidak bisa dia hentikan, padahal Ricky sudah berusaha sebisa mungkin menahan tangisnya di depan teman temannya

sedangkan Shandy, dia hanya diam dengan napas yang tak kalah sesenggukan dengan Gilang, empat tahun Shandy lalui bersama Farhan dalam sel, tak jarang otak cerdik Farhan membantu Shandy mendapatkan makanan di tengah malam ketika mereka kelaparan dulu, terlalu banyak kebaikan Farhan untuk Shandy yang sulit di jabarkan, bahkan Farhan rela di pukuli Shandy saat dengan sengaja menumpahkan alkohol hanya karna tidak ingin Shandy terus terjerat di pekerjaan haram itu

"Bang kalo lu mau nangis, nangis aja gapapa, jangan di tahan, nanti dada lu sesek bang" pelan Fajri yang sejak tadi memegangi tubuh Gilang yang bahkan tidak dapat berdiri dengan sempurna

"Tujuh belas tahun Ji, tujuh belas tahun gue sama dia, sekarang dia ninggalin gue Ji" lirih Gilang

Tidak ada jawaban apapun dari Fajri, Fajri hanya mengusap lembut punggung Gilang guna memberikan nya kekuatan, Fajri tau betul, ribuan kata yang keluar dari mulutnya akan percuma karna Gilang hanya ingin mendengar apa yang ingin dia denger saja

"Ji, gue harus apa tanpa Farhan ji, hidup gue udah terlalu bergantung sama dia Ji"

"Ji.. tolong kasih tau gue kalo gue cuma lagi mimpi Ji, toloooong"

Tangisan Gilang seketika pecah, membuat Fajri yang sejak tadi mencoba kuat pun ikut menangis mengingat semua kebaikan Farhan, Farhan menyebalkan tapi Farhan sangat tulus dan itu sangatlah terasa

"Tanye Ayu" ujar Gilang saat kedua orang tua Farhan hendak pergi, kerna Ayu mami Farhan nampak sudah tidak sanggup berada lebih lama di pusara anak nya itu

Gilang melangkahkan kakinya menghampiri Ayu dan Reno orang tua Farhan

"Tante, Gilang tau Farhan gak akan pernah bisa di gantiin sama siapapun, tapi Tante, tolong ijinin Gilang bantuin Farhan buat jagain Tante, karena Gilang tau seberapa pentingnya Tante buat Farhan" lirih Gilang pada Ayu

"Tolong biarin Gilang tetep bertaut sama Farhan lewat Tante" sambung Gilang kembali

Ayu menganggukkan kepalanya, tangisannya lagi lagi pecah

"Tante pulang duluan ya Lang, kalo kamu mau kerumah, kerumah aja, kamu masih bisa nginep atau main di rumah" ujar Reno yang langsung di angguki oleh Gilang

Orang tua Farhan segera bergegas pergi, karena Ayu, mami Farhan benar benar tidak sanggup berada lebih lama di area pemakaman

Shandy, Fajri, Fiki, Ricky, Zweitson dan Raka pun menghampiri Gilang yang nampak hanya terpaku dengan pandangan kosong

"Lang ayo pulang, udah mau ujan, gue anterin lu balik ya" ucap Ricky ke Gilang

Gilang menggelengkan kepalanya pelan, "gue mau tidur di rumah Farhan malem ini"

"Gue masih ngerasa kalo Farhan itu masih ada, dan dia lagi tidur di kamarnya sekarang" lirih Gilang kembali

Fajri menepuk bahu Gilang beberapa kali guna memberikan nya kekuatan, Fajri paham betul bagaimana perasaan Gilang saat ini

RUMAH TANPA ATAP 2 (cerita dari pilar yang telah runtuh)Where stories live. Discover now