"Saya dok! Saya anak sulungnya" tegas Shandy
"Operasi sudah selesai namun keadaan pasien belum sepenuhnya stabil" jelas dokter
"Tapi mamah saya gapapa kan dok ?" Tanya Shandy
Dokter mengangguk "setelah ini pasien akan di pindahkan ke ruang ICU, akan ada beberapa dokter spesialis yang terus pantau perkembangan pasien, usia pasien yang sudah tidak muda membuat kami harus terus memantau kondisi pasien setelah menjalani operasi"
"Alhamdulillah" ucap Shandy
"Apa saya udah boleh ketemu mamah saya dok ?" Tanya Fenly dengan napas yang masih sesenggukan
"Setelah pasien di pindah ke ruang ICU yah" pelan pasien ke Fenly yang langsung di jawab anggukan kepala dari Fenly
***
"Piki..." Teriak Fajri sambil berlari menghampiri Fiki yang berdiri menatapnya dari jauh
Fajri langsung memeluk Fiki dengan sangat erat, namun Fiki justru mendorong Fajri
"Pik.. kenapa ? Piki gak kangen sama Abang ? Abang kangen banget sama Piki" Tanya Fajri yang tidak mendapatkan jawaban apapun dari Fiki
Fajri kembali memeluk Fiki, namun lagi lagi Fiki mendorong tubuh Fajri, dan kini Fiki menangis sambil menatap ke arah Fajri
"Pik.. Piki kenapa nangis ?"
"MONSTER" ucap Fiki sambil menunjuk lurus ke arah Fajri
Fajri dengan cepat menggelangkan kepalanya
"Bukan, ini Abang nya Piki ultraman bukan monster"
"MONSTER" ucap Fiki kembali, kemudian perlahan menjauh dari Fajri
"Pik.. mau kemana ? jangan pergi lagi Pik" teriak Fajri sambil berusaha mengejar Fiki
"PIK.. PIKIIIIIIIIIIIII"
Lagi lagi Fajri terbangun dengan air mata yang sudah membasahi pipinya, dada yang terasa sesak bahkan sangat sesak
"Mimpi lagi..." Gumam Fajri sambil mengusap wajahnya beberapa kali
Fajri meraih sebuah pigura yang terdapat gambar dirinya bersama Fiki
"Kenapa Piki nangis Pik ? Apa karena hari ini Abang sibuk ? Piki kangen ya sama Abang ?" Lirih Fajri sambil mengusap lembut pigura itu
"Abang juga kangen sama Piki.."
"Abang janji mereka akan bayar semuanya karena udah buat Piki nangis dan buat kita berdua pisah Pik, Abang janji"
***
Jam menunjukkan pukul 03.00 Shandy tidak sengaja terbangun dari tidurnya, namun Shandy terpaksa kembali memejamkan matanya, saat melihat mamahnya sedang mengusap lembut kepala Fenly yang kini tertidur di kursi sebelah kiri mamah, sedangkan Shandy tidur di kursi sebelah kanan brangkar mamah
Ada beberapa bulir air mata Shandy yang terjatuh, entahlah seharusnya Shandy sudah cukup terbiasa dengan keadaan seperti ini, tapi Shandy tidak bisa berbohong jika saat ini dia merasa cemburu
"Pah.. kangen" lirih Shandy dalam batinnya
Flashback on~
Shandy yang baru berusia 6 tahun berdiri terpaku di sudut rumah sambil menatap ke arah mamah yang sedang menenangkan Fenly yang tengah menangis karena ulah Shandy
YOU ARE READING
RUMAH TANPA ATAP 2 (cerita dari pilar yang telah runtuh)
General Fiction📌DALAM TAHAP REVISI Sudah empat tahun berlalu, sejak kepergian Fiki serta Masuknya Shandy dan Farhan ke penajara Kini Shandy dan Farhan sudah bisa kembali menghirup udara bebas setelah mempertanggung jawabkan perbuatannya mereka, setalah empat tahu...