HAL YANG DI TAKUTI

1.6K 317 127
                                    

Fajri langsung mengambil ponselnya yang sebelumnya di simpan di saku celananya, ponsel itu masih di dominasi dengan wajah adik kesayangannya pada layar kunci dan layar utamanya, Fajri membuka galeri pada ponselnya dimana ada foto Fiki kecil di dalamnya

"Namanya Fiki, umurnya 16 tahun, usia yang sama kaya Piki, pas dia ninggalin gue dulu, dia adik gue" ucap Fajri sambil memberikan ponsel yang dimana sudah ada gambar Fiki disana

"Fiki ?" Tanya Shandy sambil mengerutkan dahinya karna bingung

Fajri menganggukkan kepalanya pelan "iya Fiki, anak jalanan yang gue temuin persis 4 tahun yang lalu" jawab Fajri sambil tersenyum

Shandy masih menatap bingung pada Fajri yang kini duduk di sampingnya

"Ah ceritanya panjang, nanti gue kenalin kalian sama dia aja" sambung Fajri kembali

Shandy mengangguk pelan dan kembali menatap ke arah depan, dimana banyak anak kecil dan beberapa pasien rumah sakit yang duduk atau sekedar mengirup udara segar di sana

"Lu sayang sama dia ?" Tanya Shandy pelan

Fajri menganggukkan kepalanya pelan "sayang, tapi posisi Piki tetep gak akan ada yang bisa gantiin" jawab Fajri pelan

Shandy tersenyum paham, "nyatanya, akan ada satu orang yang posisinya gak akan bisa tergantikan dengan siapa pun" jawab Shandy

"Kematian jahat ya bang, dia memisahkan semuanya" gumam Fajri

Shandy mengangguk pelan, "kematian adalah perpisahan paling menyakitkan Ji, dia bisa menghancurkan semua hati bahkan dalam waktu yang sekejap"

Fajri menarik napasnya dalam dalam, melihat dua anak yang sejak tadi asik bermain nampaknya membuat dadanya semakin sesak

"Dulu cita-cita gue jadi pengusaha yang sukses, pemilik pabrik pembuat ultraman yang besar, biar bisa kasih banyak mainan ultraman buat Piki"

"Tapi sekarang Piki udah gak ada, dan gue udah gak punya lagi cita-cita, ataupun harapan, karna cita-cita gue cuma buat Piki bahagia" sambung Fajri

"Lu udah buat Piki bahagia Ji, dan itu dari dulu"

"Kalo lu gimana bang ? Cita-cita lu apa ? Lu pasti punya cita-cita kan ?"

"Sama kaya lu, cita-cita gue cuma pengen liat Fenly bahagia, tapi nyatanya gue gak pernah bisa buat Fenly bahagia, gue cuma bisa kasih masalah doang buat dia" pelan Shandy

"Walaupun gue gak pernah ngomong  ke Fenly, tapi gue harap Fenly tau, gue sayang banget sama dia, dan gak bermaksud kasih masalah buat hidup dia, gue cuma pengen liat dia bahagia" sambung Shandy kembali

"Dulu pas Piki masih ada gue selalu bilang ke dia, Abang sayang banget sama Piki jangan tinggalin abang ya Pik, dan itu setiap hari bahkan mungkin dalam sehari bisa puluhan kali gue bilang kaya gitu, karna gue mau Piki tau, kalo seberharga itu dia buat gue, dia bener bener dunia gue"

"Seandainya gue bisa kaya lu Ji, gak gampang buat gue ngutarain perasaan gue"

"Setiap orang punya caranya sendiri untuk menyayangi bang, dan gak selalu lewat kata"

"Cinta dan kasih sayang itu kaya udara bang, meskipun gak terlihat tapi bisa di rasakan, tapi ada kalanya juga lu harus ngutarain perasaan lu, karna gak semua orang kasat rasa" sambung Fajri kembali

Shandy menghela napas panjang dan menyandarkan tubuhnya pada bagian belakang kursi, Fajri benar tidak semua orang kasat akan rasa, seperti hal nya dengan Fenly

RUMAH TANPA ATAP 2 (cerita dari pilar yang telah runtuh)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang