GELAP.

1.7K 306 203
                                    

Gilang dan Farhan reflek bangkit dari duduknya saat wanita yang sudah melahirkan sahabatnya itu berseru kepada Gilang

"Tan-te.." gumam Gilang

Farhan menoleh ke arah Gilang, Farhan tau Gilang hampir mati karena ketakutan saat ini, Farhan langsung menggenggam tangan sahabatnya itu

"Masih berani kamu datang ke sini ? Mau lakuin apa lagi kamu sama anak anak saya ? Belom puas kamu buat anak anak saya gini ?"

"Tante.. Gilang salah, Gilang minta maaf" lirih Gilang

"Pergi"

"Tante.."

"PERGI SAYA BILANG !"

Gilang reflek memejamkan matanya sebentar, sebelum akhirnya Gilang mengangguk pelan

"Baik Tante, Gilang bakalan pergi, tapi nanti Gilang bakalan dateng lagi, Gilang masih mau temenin Shandy sama Fenly" pelan Gilang

"Gak perlu" ketus mamah Shandy dan Fenly

"Kalo Tante gak mau liat Gilang disini lagi gapapa, tapi jangan lupa temenin Shandy, Shandy kan juga anak tante kan"

"Gak usah mengguri saya"

"Gilang gak menggurui, tapi Gilang cuma mau memastikan Tante bersikap adil buat saat ini, anak Tante ada dua, bukan cuma Fenly-"

"Tapi lain lagi ceritanya kalo salah satunya pergi" sambung Gilang seketika membuat Maya dan Farhan tercekat

Ah Gilang juga tidak mengerti kenapa tiba tiba dirinya berkata seperti itu

"Jaga mulut kamu !"

"Maaf Tan. yaudah Gilang pamit, assalamualaikum" ucap Gilang kemudian melangkahkan kakinya menjauh meninggalkan Maya dan Farhan yang masih diam membeku di depan ruang ICU karena ucapan Gilang barusan

Enath kenpa dada mamah langsung terasa sesak, mamah langsung bergegas masuk ke ruangan Shandy, tidak. Mamah tidak mau ucapan Gilang barusan menjadi kenyataan

"Tante" gumam Ricky saat melihat istri dari Kaka papahnya kini sedang berdiri sambil menatap sendu anak sulungnya

Ricky memundurkan langkahnya perlahan sampai akhirnya dirinya keluar dari ruangan Shandy dan membiarkan mamah dan Shandy berdua di ruangan

Perlahan namun pasti, mamah menghampiri Shandy, anak sulung yang selama ini selalu jadi objek sesalahan mamah ketika ada masalah pada adiknya, anak sulung yang selama ini sudah mengambil peran layaknya seorang ayah untuk adiknya, anak sulung yang pernah berjanji tidak akan pernah meninggalkan adik dan mamahnya seperti mendiang papahnya itu

"Kok belum bangun ka.." pelan mamah dengan mata yang sudah berkaca kaca

Shandy yang selama ini di kenal sebagai anak pecicilan dan tidak bisa diam bahkan dalam hitungan detik, kini hanya diam sambil memejamkan matanya, dengan alat bantu pernapasan terpasang di mulutnya, serta patient monitor yang terus saja berbunyi di samping brangkar yang di tidurinya

Mamah mengusap lembut rambut hitam kecoklatan milik anak sulungnya itu, rambut yang sudah cukup panjang namun terasa sangat lembut

"Kaka inget gak, dulu Kaka sering bohong kalo lagi sakit, Kaka selalu pura-pura sehat supaya gak mamah ajak ke rumah sakit, karena Kaka pikir kalo Kaka di rawat di rumah sakit, kaka bakalan tinggalin mamah sama adek kaya papah dulu"

"Pas masih bayi Kaka tuh cengeng banget, tapi selalu tenang tiap kali mamah nyanyiin"

Yun.. ayun ayun.. anak mamah di ayun ayun~

"Waktu cepet banget ya Ka, sekarang Kaka udah dewasa, udah gak butuh nyanyian mamah buat nenangin kaka yang lagi nangis"

Mamah kemudian meraih salah satu tangan Shandy dan menempelkannya ke pipinya

RUMAH TANPA ATAP 2 (cerita dari pilar yang telah runtuh)Onde histórias criam vida. Descubra agora