MAKE A WISH

1.5K 307 234
                                    

Fajri dan Fiki kini sedang berjalan menuju tempat dimana mobil Fajri di parkiran, setelah sebelumnya mereka menghabiskan waktu cukup lama di makam Fiki

"Abang.." pelan Fiki menghentikan langkah Fajri dan menoleh ke arahnya

"Kita ke makam Abang Al dulu boleh ?" Tanya Fiki pada Fajri

"Tapi kita gak ada bunga" jawab Fajri

Fiki menggelangkan kepalanya pelan sambil tersenyum

"Gapapa kok bang, kita Dateng aja Abang Al udah seneng kok" jawab Fiki

Fajri menganggukkan kepalanya pelan, setelah mendapat persetujuan dari Fajri, Fiki langsung berlari kecil menuju makam kakanya yang berada di satu komplek pemakaman yang sama dengan Fiki itu

Fajri menatap lurus ke arah Fiki yang kini sudah tersimpuh di samping makam bertuliskan Alfian pada batu nisannya itu, Fiki memanjakan doa dengan begitu khusu

Menyadari Alfian yang di makamkan di pemakaman elit yang membutuhkan biaya perawatan cukup banyak, seketika membuat Fajri bertanya tanya siapa sebenarnya Fiki dan Alfian ini, jika benar mereka adalah orang berada lalu kenapa Fiki mengamen, namun jika Fiki benar pengamen kenapa Alfian bisa di makamkan di pemakaman ini

Fajri perlahan menghampiri Fiki, tanpa mengganggu sedikitpun Fiki yang sedang berdoa, Fajri terus saja menatap Fiki yang kini berada di sampingnya, setelah selesai berdoa, Fiki memegang batu nisan yang bertuliskan nama Alfian itu, entah apa yang dia lakukan, namun sudah bisa di pastikan anak itu sedang berbicara melalui hatinya

"Dulu kalo aku ulangtahun Abang Al selalu beliin aku donat yang di jual ibu ibu di pinggir jalan dekat lampu merah" gumam Fiki sambil tersenyum

Fajri hanya menatap Fiki tanpa berbicara sedikitpun, ada rasa kagum di hati Fajri pada Fiki, Fiki terlihat jauh lebih kuat daripada dirinya

"Sekarang aku udah bisa beli kue apapun bang, tapi gak ada yang seenak donat pinggir jalan yang Abang beliin"

"Karna pada kenyataannya, makanan enak bukanlah apa yang kita beli dengan harga mahal, tapi dengan siapa kita menikmati makanan tersebut" sambung Fiki dengan nada yang mulai melirih

Fajri tersenyum miris, "Fiki bener, bakpao pinggir jalan, permen gagang indoapril semuanya udah gak enak semenjak Piki gak ada" batin Fajri

"Ayo kita pulang bang" ujar Fiki saat menyadari hari sudah mulai sore

Fajri hanya menganggukkan kepalanya pelan, melihat Fiki di makam Alfian membuat dada Fajri terasa sesak, Fajri seketika berpikir jika dirinya yang pergi lebih dulu apa Fiki akan hidup aman dan bahagia, apa Fiki juga merasa sedih seperti dirinya

***

"Gue mau main malem ini, tapi gak gue mau main pertama" ucap Shandy ke Lucky

Lucky tersenyum ke arah Shandy yang kini berdiri tidak jauh dari tempatnya duduk

"Boleh" jawab Lucky sambil tersenyum

Tidak ada balasan apapun lagi dari Shandy, setelah mendengar jawaban Lucky Shandy segara bergegas menjauh, pasalnya di tempat Shandy berada saat ini bau rokok dan alkohol sangatlah dominan

"Gue tau lu butuh duit" teriak Lucky menghentikan langkah Shandy

Shandy seketika berbalik dan menatap Lucky

"Gue bakalan bayar lu mahal, lebih dari bayaran Baron dulu" sambung Lucky kembali

"Gak usah basa-basi mau lu apa ?" Tegas Shandy

"Jadi pemain tetap gue"

"Najis!" Singkat Shandy kemudian pergi begitu saja

Jika saja bukan karena Fenly, Shandy sudah sangat tidak sudi menginjakkan kakinya di tempat ini, selain keselamatannya yang belum terjamin saat bermain, keselamatan hidupnya pun tidak bisa terjamin jika  saja mamahnya tau

RUMAH TANPA ATAP 2 (cerita dari pilar yang telah runtuh)Where stories live. Discover now