KUAT

1.6K 302 140
                                    

Tubuh Shandy kejang tapi Shandy tidak kunjung membuka matanya, Sisi menggenggam tangan Shandy dengan tangan kanannya, dan tangan kirinya di gunakan untuk memencet tombol emergency

"Ka Shandy tenang Ka.." pelan Sisi mencoba untuk tetap tenang, meski dirinya pun panik

"Ka Shandy hebat, Ka Shandy kuat, tenang Ka... Kalo Ka Shandy mau bangun, ayo bangun Ka, Sisi disini"

Perlahan tubuh Shandy mulai tenang

"Dokter tadi pasien kejang" ucap Sisi saat dokter dan suster datang

"Baik kami periksa dulu ya" ucap suster yang di angguki oleh Sisi

Sisi kini menunggu di luar ruangan Shandy, Sisi tidak berani memberi tau mamah kondisi Shandy, karena takut mamah semakin khawatir apalagi kondisi nya sedang lemas efek transfusi darah untuk Fenly tadi

***

"Sini Tante biar Farhan bantu" pelan Farhan sambil meraih koper yang di tangan mamah Gilang

Mamah menoleh ke arah Gilang yang masih menatap ke sekeliling rumahnya, rumah yang selama ini di tinggali keluarga kecil kini harus mereka tinggalkan

"Gilang, ayo" panggil mamah membuat Gilang menoleh ke arahnya

Gilang tersenyum palsu, dia tau mamah pasti lebih hancur saat ini, apalagi papah harus mendekam di penjara untuk kesalahan yang bahkan sampai saat ini belum terbukti, dan Gilang tidak mau mamahnya terbebani Karana dirinya

Gilang melangkahkan kakinya menuju motor Farhan, sedangkan mamah naik di mobil yang sudah di sewa Farhan bersama barang barang

"Gapapa, nanti beli rumah yang lebih gede lagi" ujar Farhan seraya menghibur sahabat kecilnya itu

"gue maunya rumah itu" gumam Gilang sambil tersenyum miris

Farhan tidak menjawab apapun, dia hanya menepuk bahu Gilang beberapa kali, guna menguatkan, Farhan tau ini bukan hal yang mudah, Gilang terbiasa hidup dalam kemewahan sedangkan kini, jangankan hidup mewah, tempat tinggalpun harus menyewa

***

"Dari mana kamu semalem sama Fiki ? Kenapa Fiki pulang dengan luka ? Kamu gak lakuin hal macem macem lagi kan ?" Tanya mamah seketika membuat Fajri yang sedang menyantap sarapannya sedikit tercekat

Fajri menatap ke arah Fiki yang duduk persis di depannya

"Aji cuma main main sama temen lama Aji, terus Fiki ikutan, iyakan Fik ?"

Fiki mengangguk pelan, sambil menatap kikuk ke Fajri

"Kalo tau Fiki luka kenapa kamu gak obatin ? Atau bawa dia ke klinik ?"

"Awalnya Aji mau bawa ke klinik, tapi udah kemaleman, kasian Fiki kan paginya harus sekolah, jadi Aji ajak pulang aja, biar di obatin di rumah" bohong Fajri pada mamah

Jangankan berpikir mengobati, Fajri bahkan tidak memperdulikan luka Fiki semalam, Fajri sengaja berbohong, biar bagaimanapun Fajri harus bersikap sebaik mungkin di depan mamah, demi jabatan dan ajang balas dendam

Ponsel Fajri berdering tanda pesan masuk dari seseorang entah siapa, yang jelas pesan singkat itu berhasil membuat Fajri tersenyum smrik

"Yaudah Aji berangkat ke kantor dulu ya mamah cantik" ucap Fajri kemudian mencium kepala mamahnya yang duduk berjarak dua kursi di sampingnya

RUMAH TANPA ATAP 2 (cerita dari pilar yang telah runtuh)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang