BAB 1 [Bersama Nostalgia Jingga]

595 33 3
                                    


VOTE & KOMEN YANG BANYAK.

HAPPY READING! 🤍




- 000 -



01. BERSAMA NOSTALGIA JINGGA

"Kenapa? Faktanya, Jingga yang bikin hidup gue buruk

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Kenapa? Faktanya, Jingga yang bikin hidup gue buruk. Gue nggak bisa baikin manusia kayak Jingga, yang ada malah ngelunjak."

Ingatan Jingga ditarik sengaja ke belakang, wajahnya mendadak muram. Bolpoin yang sejak tadi ia putar-putar perlahan-lahan ia letakkan di atas meja, isi kepalanya penuh mengingat banyak kejadian yang menghantuinya setiap saat.

Gadis itu beranjak dari kursi kayu tempat gadis itu melakukan segala aktivitasnya, langkahnya pelan menuju jendela kamar.

Ditemani gelap malam dan pancaran bulan sabit, membuat gemuruh hatinya tak bisa lepas dari pikiran yang terus bergelanyut. Ia ingat betul tubuhnya gemetar kala itu, apalagi sekarang matanya dipaksa terpejam, tapi naasnya. Banyak hal menghentikan Jingga. Harapan hidupnya diambang pilihan, pikirannya berkelana menebak siapa yang akan lebih dulu bebas. Dengan banyak anak manusia yang merintih doa, Tuhan tinggal memilih siapa yang akan ia ukir bahagianya. Senyumnya tersirat duka di dalam hati nampak khawatir untuk berharap pilihan itu adalah dirinya. Napasnya tertarik, lalu mengembuskannya dengan kasar.

'Hidup demi cinta' ketiga kata tersebut menjadi prinsip Jingga kala itu untuk terus memikirkan bagaimana Iqbal jatuh cinta padanya. Paling tidak, untuk menerima perasaan yang terus Iqbal tolak. Meski banyak sekali lontaran yang tidak mengenakan dari Iqbal, Jingga belum bisa menyerah. Lebih tepatnya, tidak ingin menyerah begitu saja. Bagi Jingga, perjalanan untuk meraih itu semua panjang dan tentu tidak mudah.

Isi pikiran Jingga yang selalu sinkron dengan hati kadang memerlukan waktu untuk menerimanya. Seperti saat Iqbal merusak hati Jingga dan pikiran Jingga selalu dapat menyembuhkannya.

"Ban sepeda aku kempes, Bal. Boleh tumpangan nggak? Duit jajan aku hari ini juga ketinggalan, makanya tadi nggak bisa ngasih makanan buat dimakan sama kamu."

"Gue nggak peduli, Je. Gue pusing liat wajah lo, lebih baik lo jauh-jauh."

"Yudah, aku bisa jalan kaki. Kamu hati-hati, ya."

Jingga ingat betul masa SMP-nya dulu. Bagaimana dirinya harus berjalan kaki tujuh kilometer untuk sampai ke rumahnya. Sesampainya di rumah, membuat kaki gadis itu keram dan sakit.

Hidup terkadang memaksanya tertawa miris. Kendati begitu, dirinya tidak punya hak untuk marah maupun sebatas kesal dengan Iqbal, karena Iqbal punya hak untuk menolak permintaan Jingga.

Hey! I Just Want You!Where stories live. Discover now