BAB 11 [Tertolak]

102 17 0
                                    

"Kalau gue ada waktu, gue usahain nyamperin lo, Bal!" Karin tersenyum manis dan melepaskan tangannya dari genggaman laki-laki itu.

Iqbal terkekeh geli sambil mengusap lembut pucuk kepala gadis itu, membuat pipi gadis itu memerah.

Karin benar-benar salah tingkah terhadap perlakuan Iqbal kepada dirinya.

"Gak perlu, aku yang bakal datang ke kamu, Kar," ujar Iqbal.

"Kalau gitu ...." Karin menunjuk kelasnya. "Gue masuk, ya?

Iqbal mengangguk dan tersenyum lebar. "Dah!" lambai dirinya.

"Dah!" Gadis itu membalas lambaian dari Iqbal dan tersenyum.

Iqbal merasa bahagia melihat punggung kecil Karin mulai berjalan masuk.

"Kar!" Tanpa sadar Iqbal memanggil nama Karin, membuat Karin yang masih menahan senyumnya agar tidak terlalu lebar berhenti dan membalikkan badannya.

"Ada yang ketinggalan?" tanya Karin reflek.

"Gak ada, cuma mau bilang hari ini ... lo lebih cantik. Apalagi lo ketawa di kelas tadi, gue suka."

***

Iqbal memandangi gantungan kunci yang Karin berikan kepadanya, gantungan kunci berbentuk emotikon bulat sedang tersenyum. Laki-laki itu memandang gantung kunci itu sembari berjalan ke arah kelasnya.

Jingga yang sedang berjalan bersama Fani untuk menuju ke arah kelasnya melihat Iqbal menunduk sambil senyum-senyum berjalan menuju arahnya.

Jingga sengaja memilih toilet jauh dari kelasnya dan berjarak dekat dengan kelas Iqbal agar gadis itu bisa melihat laki-laki kesayangannya atau sekadar berpas-pasan.

Kebetulan yang pas ditambah Iqbal terlihat bahagia sekali, membuat Jingga tersenyum.

"Halo, Iqbal!" Fani berdecak, baru saja dirinya memperingati Jingga agar bersikap biasa saja, tapi malah yang dilakukan gadis itu sebaliknya.

Iqbal berhenti melangkah kakinya dan meringis menyesal, laki-laki itu mengenal suara gadis itu.

"Oh, lo." Iqbal memasukkan gantungan kunci yang ia pegang ke dalam saku seragamnya dan menatap Jingga, lalu Fani secara bergantian.

Jingga ingin mendekat, akan tetapi laki-laki itu melangkah mundur.

"Oh, iya, gue lagi ada urusan!" ujar Iqbal tiba-tiba cengengesan sambil menggaruk belakang kepalanya.

Fani menarik tangan Jingga agar mengurungkan niatnya.

Jingga menatap serius pada Iqbal, lalu melebarkan senyumnya. "Lo cengengesan, Bal? Artinya lo maafin gue kemarin?!"

"Gak juga," balas Iqbal, membuat wajah Jingga tiba-tiba murung.

"Gue minta maaf sama lo, Bal. Gue sadar, gue salah banget soal itu."

"Seharusnya lo siapin kesadaran dari sebelum lo mempermalukan gue di depan temen sekelas gue."

Iqbal tersenyum sinis. "Kalau gak dipaksa Eno gue gak akan makan kue yang lo buat."

Fani yang mendengarnya membuka mulutnya tidak terima, gadis itu berkacak pinggang di hadapan Iqbal, menggeser tubuh Jingga ke samping.

"Orang tua lo pernah gak ngajarin lo cara ngerhargain orang lain?"

Sudah Iqbal duga, pertanyaan ini akan terlontar dari siapapun dan menganggapnya peran jahat.

"Gak usah bawa-bawa orang tua, lihat temen lo dulu, kesalahan dia yang seenaknya."

"Udah, Fani! Iqbal bener. Maaf, Iqbal. Maafin gue."

Iqbal diam, laki-laki itu berdecak, Eno tidak ada di sini yang bisa membantunya menghindar dari gadis di depannya.

Fani yang muak menarik tangan Jingga, tapi Jingga menggeleng kuat, membuat gadis itu pasrah.

"Iqbal!" panggil Jingga.

"Apalagi?"

"Izinin gue buat ada di hati lo, gue bakal nge-treet lo sebaik-baiknya, Bal ...."

"Gue punya banyak waktu buat lo. Gue bisa ngasih apa pun yang gak lo dapetin dari orang lain. Gue bisa jadi alarm lo. Gue bisa mempercantik diri gue buat lo. Gue bisa jadi cewek yang sesuai tipe lo. Gue bisa-"

"Cukup!" sentak Iqbal, membuat Jingga dan Fani terkejut.

"Gue gak pernah mau bergantung sama cewek manja kayak lo, Jingga! Untuk kamus yang lo pinjem kemarin istirahat bakal gue kembaliin," balas Iqbal, pemuda itu langsung berjalan melangkah meninggalkan kedua gadis yang masih mematung di tempat.

Fani menggeram, gadis itu menatap tajam punggung laki-laki berengsek itu.

"Jingga sejak awal seharusnya lo mikir jutaan kali buat suka sama cowok gila kayak Iqbal!"

Jingga terkekeh geli mendengar itu, dirinya tersenyum.

"Gue gak bakal nyerah, Fan. Iqbal harus jadi milik gue."

***

Hey! I Just Want You!Where stories live. Discover now