BAB 8 [Kejutan Hangat?]

113 20 4
                                    

"Sebanyak apapun harap yang sudah terlalui, kamu tetap ada dalam perjalanan kisah yang kubuat."

***


Senyuman manisnya melebar saat gadis itu melihat benda kotak berukuran sedang mengeluarkan suara alarm.

Ada beberapa perasaan lega yang muncul, mengetahui tugasnya mulai terselesaikan dengan baik, tanpa ada masalah yang datang.

Dirinya menarik napas dan mengembuskan pelan, lalu langsung memakai pelindung tangan dan membuka kaca penutup oven listrik milik mamanya untuk mengambil satu loyang adonan kue yang sudah matang, yakni kue buatan gadis itu beberapa waktu yang lalu.

Jingga terkekeh geli memandang kue tanpa polesan itu. "Baunya harum khas, apalagi rasanya, Iqbal pasti suka," ujar gadis itu pelan dengan perasaan senang.

Ia segera meletakkannya di atas meja, sembari menunggu sedikit dingin.

Gadis dengan rambut panjang terikat itu melepaskan sarung tangan dan mengambil ponselnya, lalu memotret kue buatannya untuk dipamerkan ke story whatsapp miliknya.

Sebelum itu, dirinya harus meng-hide postingan yang ingin ia unggah ini ke teman-teman real life terutama beberapa teman sekelas Jingga yang gadis itu simpan nomornya.

Jingga hanya nyaman membagikan sesuatu tentang kehidupannya pada teman tidak nyata. Teman-teman virtualnya.

Salah satu alasan yang selama ini gadis itu pakai, karena ia bisa membatasi orang-orang membicarakannya di belakang.

Sederhananya, ia sangat takut menjadi bahan gunjingan, Jingga takut kejadian beberapa tahun silam terulang lagi dan membuatnya kembali merasakan de javu.

My status
hari ini 04.54

Kue spesial untuk laki-laki spesial

"Akh, oke. Tinggal ini." Gadis itu meletakkan ponselnya dan mulai mengambil cream untuk dioleskan ke kue.

Rita mengamati punggung putrinya, dirinya yang ingin ke dapur harus terurung dan berhenti di anak tangga ketujuh.

"Adek ngapain ke dapur pagi-pagi gini?"

Wanita itu mengerutkan keningnya, merasa penasaran, tidak biasanya anak perempuannya sepagi ini bangun hanya untuk ke dapur membuatkan sesuatu.

Langkahnya kembali mundur, memilih naik ke atas untuk menuju kamar gadis itu. Rita harus mencari tahu, apa yang disembunyikan putrinya, terutama semalam yang menambah kecurigaannya.

Rita tidak ingin, Jingga menjadi tertutup dengan ibunya sendiri.

Dirinya khawatir, jika sesuatu terjadi pada Jingga, jika terus-terusan dibiarkan.

Sedangkan di sisi lain, Jingga sama sekali tidak menyadari Rita, gadis itu memilih berhenti mengoleskan cream dan melihat layar ponselnya menyala, ia segera mengambil ponselnya untuk mengecek siapa yang mengirim pesan sepagi ini.

Seira reply to your post:
"Buat siapa, tuh, Je?"

Jingga menatap pesan itu dan terkekeh geli. Dirinya langsung membalas pesan dari sahabat virtualnya.

Hey! I Just Want You!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang