BAB 46 [Kurang Menarik?]

81 12 3
                                    

Kita berada di titik terakhir. Aku bersama dengan orang yang memilihku, dan kamu bersama pilihanmu.

***

Pelukan itu. Pelukan yang mampu melemburkan perasaan hancurnya, yang meniadakan badai dalam perasaan gemuruhnya, dan membuatnya ingin tetap hidup sekarang. Bersama pelukan itu juga, hidup Iqbal kembali. Andai Karin, bisa lebih mengerti tentangnya, dan andai sosok Jingga hidup dalam tubuh Karin, pemuda itu tak akan menangis menumpahkan masalahnya, dengan gadis yang sejak awal tak diinginkan oleh pemuda itu.

"Lo kenapa nangis, Jingga?"

Jingga yang merunduk sejak tadi langsung mengangkat kepalanya. "Enggak, gue nggak nangis," jawab gadis itu dan terkekeh pelan.

Iqbal memperhatikan semuanya, kalimat yang Jingga lontarkan itu palsu. Pemuda itu mendekat, membuat napas gadis itu tertarik paksa.

"Jangan bikin kecantikan lo hilang, karena air mata."

Jingga tersentak saat ia melihat telapak tangan kanan Iqbal menyentuh wajahnya dengan pelan, yang membuat tubuh Jingga kaku.

Iqbal tersenyum dan membelai rambut gadis itu. "Nah, ini baru kelihatan cantiknya."

***

Desas-desus Karin putus kini menyebar, Jingga yang berada di kantin hampir saja tersedak oleh makanannya yang masuk.

"Hati-hati makannya anjir!" Itu suara Fani, gadis itu meletakkan ponselnya kembali, setelah memberitahu Jingga.

"Lo dapat informasinya dari mana?"

"Ada, deh." Fani terkekeh. "Katanya si Iqbal yang mutusin."

"Kok, bisa kesebar gini?" Jingga kembali bertanya.

"Karin itu famous, Je. Wajar aja."

Jingga menggeser kursinya ke belakang dan berdiri.

"Lo mau ke mana?"

Jingga menoleh menghadap Fani. "Mau nanyain informasi akurat dari orang yang tepat."

"Eno maksud lo?"

"Bukan. Tapi, Iqbal."

"JE!" Fani berteriak. "Makanan lo habisin!"

"Tunggu di situ, gue cuma sebentar!" balas Jingga, membuat Fani memegang kepalanya pening.

"Terserah lo, deh, Je."

***

Jingga menautkan kedua tangannya, gugup. Gadis itu melangkah pelan, agar Iqbal tak terusik, karena suara sepatunya.

Dirinya memperhatikan pemuda itu menunduk di dalam kelas yang sunyi, karena teman sekelasnya sedang istirahat di kantin.

"Bal, apa karena putus sama Karin .. lo kemarin, datang ke gue?"

Iqbal mendongak, pemuda itu menatap Jingga yang menatapnya.

"Oh, ada lo. Sini, Je, duduk samping gue." Dengan senyuman Iqbal menepuk dua kali kursi di sampingnya.

Jingga menggeleng cepat. "Enggak usah, gue cuma mau mastiin."

"Lo dapat informasinya darimana?" Sama halnya yang ditanyakan oleh Jingga kepada Fani barusan, Iqbal pun bertanya, membuat Jingga bingung menjawabnya.

"Semuanya udah kesebar, Bal. Jawab pertanyaan gue."

Iqbal terdiam, menghentakkan napasnya keluar, lalu berujar, "Kemarin gue belum putus, semalem gue putusin dia. Enggak perlu ada lanjutan, gue kira ini udah jelas, Je."

Hey! I Just Want You!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang