BAB 38 [Pahlawan Healing]

77 11 0
                                    

"Eh?" Gadis itu berjongkok berusaha mengambil kembali buku-buku itu dibantu oleh Iqbal.

"Lo kenapa masih ada di sekolah jam segini, Je?" Iqbal mengambil tiga buku tebal tumpukan dari tangan Jingga dan menambah beban pada buku yang ia pungut barusan, pemuda itu berusaha menolong Jingga.

"Gue rencananya mau minjem buku di perpustakaan buat dibaca pulang sekolah. Lo sendiri kenapa masih di sini?"

"Karin," balas Iqbal, membuat gadis itu langsung paham dan menganggukkan kepalanya.

Melihat Iqbal yang fokus mengatur buku-buku itu membuat Jingga merasa tidak enak hati, gadis itu menatap wajah Iqbal yang tertunduk.

"Gue bisa sendiri kok, Bal." Gadis itu mengarahkan tangannya untuk mengambil tujuh buku di tangan Iqbal, tapi pemuda itu menggeleng menolak.

"Lo naik apa pulangnya? Sepeda lagi?"

Jingga menggeleng. "Gue rencananya mau naik angkot, dilarang mama buat naik sepeda."

"Terus disuruh naik angkot?" Lagi-lagi gadis itu menggeleng.

"Gue bohong sama mama, gue bilang gue bisa pulang bareng Fani, sebenernya gue mau healing dulu." Jingga tersenyum simpul.

Ia terkekeh dan menundukkan kepalanya, entah kenapa jantungnya berdetak tak karuan, rasanya kupu-kupu terbang ke sana-kemari di dalam perutnya.

"Healing? Jam segini?" Iqbal tertawa. "Seberat apa, sih, masalah lo?"

"Nikmatin jalanan emang gak boleh?" tanya Jingga, gadis itu agak kesal, ketika Iqbal merespon ucapannya sebagai lelucon.

"Gak perlu healing, bahaya. Sama gue pulangnya."

"Hah?" Jingga menggeleng dengan cepat. "Gak usah! Gak usah! Gue bisa sendiri."

"Sudah ayo cepat!" Iqbal melangkah kaki lebih dulu, membuat Jingga ragu dan memandang punggung Iqbal.

Jingga menarik napasnya kemudian mengejar Iqbal ke parkiran.

"Lo bantu gue sampe halte samping gerbang SMA aja, Bal. Gue bisa sendiri setelah itu."

"Jangan ngeyel, ayo naik!" perintah Iqbal.

"Terus buku-bukunya?"

"Tas lo mana?" Iqbal meletakkan buku-buku itu di atas joke motornya dan memandang gadis di hadapannya dengan satu alis terangkat.

"Penuh Iqbal, gue gak bawa totebag."

"Tarik tas gue." Mendengar itu, Jingga bingung saat Iqbal siap memunggunginya.

"Gimana sama Karin, dia pasti marah?" Iqbal berbalik dan menatap Jingga. "Kemanusiaan."

Mendengar itu Jingga terkekeh, gadis itu tersenyum tipis entah kenapa Iqbal mengatakan itu membuat hatinya sesak dan berusaha menelan kenyataan pahit itu.

"Oh, iya, kemanusiaan." Jingga dengan cepat membuka tas Iqbal dan meletakkan bukunya satu persatu.

"Tasnya gak muat, nih." Iqbal menghela napasnya pemuda itu mengambil tasnya dari Jingga dan membuat resleting nomor dua.

Jingga yang menyaksikan kebodohannya hanya bisa merapatkan bibirnya, menyadari Jingga yang memilih diam membuat Iqbal mengambil sesuatu untuk diberikan pada gadis itu.

"Helm buat lo." Jingga mengangguk dan menerima helm tersebut, gadis itu memandang benda pelindung yang ia pegang itu dan menduga ini adalah helm milik Karin.

"Ini helm Karin, Bal?"

"Iya."

"Terus kenapa gak bareng Karin aja pulangnya, gue bisa sendiri, kok."

Hey! I Just Want You!Where stories live. Discover now