BAB 10 [Menarik Perhatiannya]

113 19 7
                                    

Langkah kaki gadis itu berhenti pada pintu kelas XI MIPA 1. Bola matanya bertemu pada satu gadis yang menampilkan gigi putih bersih nan rapih sedang tertawa, kemudian tersenyum ke arahnya sesaat.

Merasa terpergoki, Jingga membuang mukanya ke arah lain.

Dia akui. Gadis yang Jingga lihat begitu cantik, sangat cantik dibanding dengan dirinya, bahkan jauh sangat jauh perbandingannya.

Dirinya masih menatap gadis asing itu dengan lekat. Ia mengerutkan keningnya saat melihat pemandangan di hadapannya.

Perlahan perhatiannya ke sosok laki-laki, dia Iqbal. Jingga tidak percaya apa yang ia lihat, tawa dan senyum yang sulit ia dapatkan dengan mudah didapatkan gadis itu.

Jingga dapat melihat bagaimana Iqbal sedang melebarkan tawanya sambil memperhatikan lekat gadis cantik itu berbicara.

Gadis yang menarik perhatian Jingga sedang tertawa bersama Iqbal.

Sedang tertawa bersama Iqbal.

Kalimat itu terus membayangi isi kepalanya. Keberuntungan apa yang didapat gadis itu, Jingga berusaha mendekati Iqbal saja penuh perjuangan, sedangkan yang ia lihat sekarang dengan mudah gadis itu mendapat perhatian penuh dari Iqbal.

Jingga menoleh pada Fani yang berusaha menarik tangannya untuk memaksanya melanjutkan langkahnya.

"Je, lo kenapa berhenti, sih. Kantin rame kalau kita telat dikit dan pasti tempat duduknya harus nunggu sampai bel baru kosong, ayo buruan!" paksa Fani, Jingga menoleh pada Fani dan mengangguk.

"Oke." Gadis itu tersenyum dan pasrah, ketika dirinya ditarik Fani untuk berjalan cepat.

"Lo tadi mikir apa, sih? Iqbal lagi?" Jingga menggeleng, gadis itu duduk di hadapan Fani.

"Gue baru tahu ada anak baru di XI MIPA 1. Iqbal kelihatan tadi seneng banget. Buktinya ... Iqbal, cewek itu, Eno, Riko, Keila dan Marsino ketawa, tapi yang semangat dari yang lain itu Iqbal."

"Anjir, sehapal itu lo sama mereka?" Jingga mengangguk, tentu saja Jingga mengingat orang-orang di sana. "Gue selalu inget wajah-wajah di kelas MIPA 1, Fan. Untuk jaga-jaga aja suatu Iqbal naksir salah satu dari mereka dan gue tahu."

Fani terbahak. "Ini ceritanya lo lagi cemburu?"

Jingga lagi-lagi mengangguk, sembari terkekeh. "Seharusnya iya, tapi gue bukan siapa-siapa Iqbal, mana si ceweknya cantik banget."

"Yaelah, Jingga!" Fani mengerucutkan bibirnya. "Lo lebih kece kali!"

"Selain itu juga, lo ...."

"Lo mau pesen apa?" potong Jingga, berusaha mengganti topik pembicaraan yang sensitif baginya, tapi Fani menggeleng kepalanya cepat.

"Gue udah pesen makanan kesukaan gue dan lo sama mas Ujang lewat chat barusan."

Jingga mengambil ponselnya untuk dimainkan.

"Bagus, deh," balasnya lirih.

Fani memperhatikan sekelilingnya mencari seseorang yang ia bisa tanyai tentang ini.

"Ver!"

Jingga meletakkan ponselnya di atas meja dan menatap wajah Fani serius, gadis itu bingung kenapa Fani tiba-tiba memanggil seseorang.

Vera yang tak jauh berdiri dari duduk mereka menunjuk dirinya sendiri, Fani membalasnya anggukan, gadis bernama Vera itu melambaikan tangan kirinya, lalu dibalas lambaian ceria dari Fani.

"Lo ada keperluan, Fan?" tanya Jingga.

Fani mengangguk. "Buat jawab rasa penasaran lo."

"Hai Fani! Gue udah lama banget gak lihat lo di eskul tari!" teriak Vera sembari membawa satu nampan berisi sarapan paginya.

Hey! I Just Want You!Where stories live. Discover now