BAB 30 [Excited]

72 11 0
                                    

Seira
Je, sekolah gue udah libur akhir semester. Lo masih belum libur?

Gadis itu menatap layar ponselnya, dia yang asik memandang fotonya bersama Iqbal yang berhasil gadis itu dapatkan beralih pada layar chat Seira. Kesenangannya berlipat saat Seira tiba-tiba menghubunginya, terakhir kali mereka melakukan video call bersama dan itu sudah lama sekali.

Anda
Sama, kemarin gue ambil rapot. Apa kabar, Ra?

Seira is typing ....

Jingga setia menatap layar ponselnya, ia menunggu balasan, tapi tak kunjung balasan dari Seira, tapi gadis itu malah berhenti mengetik.

Seira is calling you....

Jingga menggeser tombol hijau ke atas untuk mengangkatnya.

"Gue tadi pesen tiket pesawat. Besok gue ke kota lo, ketemu sama lo," ucap Seira to the point.

Jingga terlonjak, ia tidak bisa menahan senyumnya.

"Lo serius?" Jingga menutup mulutnya. "AAAAA, LO SERIUS?!" Gadis itu berteriak.

"Iya, besok lo tunggu gue di bandara."

***

"Rencana libur ini lo gak ada niatan mudik, Bal?" Eno ikut duduk di samping Iqbal sambil menyeruput secangkir kopi dengan kerupuk di tangannya.

"Gue mudik ke mana? Gue gak punya keluarga lain."

Eno terkekeh. "Basa-basi doang."

"Terlalu basi, mana lo gak puasa lagi."

Iqbal mencibir, ia menatap bengkelnya yang sepi, karena hari ini Iqbal sengaja tidak membukanya. Pemuda itu ingin beristirahat untuk hari ini.

Eno yang berada di samping laki-laki itu meletakkan gelas kopi miliknya di atas meja.

"Surat Jingga ada tujuh di gue, belum gue baca. Sengaja sih, biar kalau gue kangen gue baca," celutuk Eno.

Iqbal menoleh dan tersenyum sambil menjulurkan tangannya. "Sini gue lihat."

"Hah? Kuping gue perasaan udah dibersihin, deh." Eno yang mendengarnya hampir saja tersedak ludahnya sendiri.

"Gue gak maksa."

Eno memegang dahi Iqbal. "Sejak kapan lo peduli?"

"Gue udah bilang gue gak maksa."

"Oke," jawab Eno dan kembali menyeruput kopinya, ia menatap Iqbal serius dan langsung fokus ke hal lain saat Iqbal ikut menatapnya.

Mereka sama-sama terdiam, Eno yang di sisinya terkekeh geli, ketika Iqbal terus saja mencuri pandang.

Iqbal mendengus kesal, karena Eno sama sekali tak menggubrisnya. "Di mana lo simpen suratnya?"

"Kenapa jadi maksa?" tanya Eno polos.

"Gue bilang di mana lo simpen suratnya?"

"Gue bilang, gue bilang. Gue gak mau."

"No! Jangan bikin gue pengen nonjok lo."

Eno tertawa. "Emang lo bisa?"

Hey! I Just Want You!Donde viven las historias. Descúbrelo ahora