BAB 9 [Kemarahan Iqbal]

135 19 6
                                    

"Ini gak bisa gue biarin lagi, No!" Iqbal membanting salah satu paperbag tersebut, membuat Eno mengambil kembali barang itu dan meletakkannya di atas meja.

"Ini mahal, Bal. Buat beli ini pasti perlu perjuangan banget buat Jingga. Hargain pemberian Jingga sedikit aja," pinta Eno.

Eno memintanya untuk menghargai gadis yang setiap hari merusak ketenangannya di sekolah? Apakah temannya sedang bercanda soal ini?

Iqbal tertawa keras, sangat keras merasa ucapan dari Eno adalah suatu lelucon paling sialan yang harus ia tertawai. Persetan dengan biaya yang dikeluarkan dari Jingga untuk ini, harga dirinya lebih penting.

Bagaimana sore tadi Jingga menghancurkan image-nya di depan teman-temannya yang belum pulang ke rumah sudah cukup membuatnya malu.

"Lo masih mikir cara ngerhargain cewek manja itu, No? Lo temen gue bukan, sih?" Mata Iqbal bertemu dengan mata Eno, laki-laki itu mendekat dan tersenyum menyuruh Iqbal duduk di tepi kasur.

"Gue temen lo, makanya gue di sini ada buat lo," kekeh Eno, kemudian ikut duduk di samping Iqbal.

"Jingga niatnya baik, Bal. Dia mau ngasih ini sebagai unjuk rasa cintanya ke lo.'

"Gue gak butuh cinta, Jingga. Sedikit aja terbesit di otak gue mau suka sama cewek sialan itu gak ada, No!"

Eno yang mendengarnya lagi-lagi terkekeh geli, memandang temannya di depannya yang napasnya naik turun, karena menahan emosi.

"Gini aja, sekarang mau lo apa?" Eno harus segera membuka jalan tengah, laki-laki berkacamata itu sudah sangat lelah dengan masalah ini berulang kali.

Iqbal berdecak. "Besok, lo kembaliin ini semua. Gue gak butuh ini, gue bisa beli sendiri kalau gue mau!" ucapnya dengan nada keras.

"Kalau gak lu kembaliin gue bakal buang ini semua!" ancam Iqbal.

Ini adalah hari terakhir Iqbal bisa bersabar dan diam atas sikap dari Jingga kepadanya.

"Oke, kalau itu yang lo mau," balas Eno dengan anggukan kepala, lalu mendongak.

"Gue bisa kembaliin semua barang mahal ini, tapi dengan satu syarat," ujar Eno serius.

"Apa?" tanya Iqbal. Tidak biasanya Eno bersikap serius menghadapi masalahnya dengan Jingga.

"Kue yang Jingga susah payah bikin lo harus habisin malam ini juga."

"...."

"Deal?"

***

Jingga menundukkan kepalanya saat laki-laki itu menatapnya tanpa ekspresi.

"Gue mau minta maaf sama yang kemarin, gue cuma pengen kasih kejutan hangat buat orang yang gue suka, gue gak bermaksud," jelas Jingga dengan jujur.

Jingga memberanikan diri untuk menatap mata pemuda di depannya.

"Gue gak tahu Iqbal bakal semarah ini," balas Eno menyerahkan paperbag itu, Jingga menggeleng menolak kembali barang itu.

"Lo simpen aja, kalau Iqbal gak mau, karena itu gue beli khusus cowok, En," tolak Jingga dan tersenyum.

Eno terkekeh kecil. "Buat gue?"

Hey! I Just Want You!Where stories live. Discover now