BAB 14 [Hal Tak Terduga]

105 17 0
                                    

"... Iqbal gue harap kita satu ruangan." Eno membaca surat yang biasanya Jingga letakkan di laci Iqbal.

Iqbal yang mendengar itu menghela napas berat. "Gue mumet, No. Jingga udah kehilangan akal. Buang cepet kertasnya! Argh!" Iqbal menjambak rambutnya, merasa frustasi.

"Gue suka koleksi barang yang dikasih Jingga buat lo, gue bisa nebak suatu saat itu bakal menjadi paling berharga."

"Masalahnya tuh, sejak kelas sepuluh Jingga nulis harapan yang gak ada ujungnya, ini mustahil, semua yang diharapakan Jingga mustahil!"

Eno terkekeh dan berdecak, mengejek Iqbal. "Biarin aja."

"Cuma lo harus hati-hati," lanjut Eno.

"Hati-hati gak bikin gue selamat, karena Jingga cewek gila yang selalu bersikap aneh."

"Tapi, semester ini Karin dan Jingga bakal satu ruangan. Liat aja besok."

***

"Lega banget!" teriak Karin, gadis itu tersenyum dan tinggal menempel nomor ujian pada satu ruangan dan tugasnya akan selesai.

"Perfect!" Gadis itu tersenyum memandang ruangan di depannya, gadis itu telah benar-benar menyelesaikan tugasnya dengan baik, ini adalah ruangan terakhir dan akan ia tempati minggu depan untuk ujian.

XI IPS 1 & XI IBB akan satu ruangan semester ini.

Karin merasa punya satu kegiatan baru, bercengkrama dengan orang-orang di dalamnya dengan nuansa baru.

Setelah merasa beres, ia melangkah mundur, memastikan tidak ada yang salah dari tempelannya.

Kedua temannya mungkin masih ada di angkatan due belas untuk menempel nomor ujian, karena ini adalah tugas anggota OSIS SMA-nya.

Karin harus menemui mereka, gadis itu tidak akan mungkin sendirian di koridor angkatan sebelas, karena takut ada sesuatu yang mengusiknya nanti.

"Faniiii!" Karin menoleh ke belakang dan melihat satu gadis yang berlari ke arah gadis lain, posisi salah satu lainnya memunggungi Karin, membuat gadis itu penasaran, jarak ketiganya tidak terlalu jauh dan juga dekat.

"Lo gak pulang, Je?" Jingga tertawa kecil.

"Tentu gak dong! Gue tadi ada urusan, Fan. Urusan kayak biasanya sebelum pulang."

"Lo sendiri? Kenapa masih di sini, bukannya pulang?" tanya Jingga.

Fani meraih paperbag berisi buku referensinya yang Jingga pinjam kemarin untuk membantu gadis itu agar tidak kerepotan.

"Gue kepo sesi satu bakal satu ruangan sama jurusan mana dan sesinya."

Jingga menyengir kuda. "Gue juga! Harapan gue sih, bisa satu ruangan sama anak MIPA 1!"

Fani mengedipkan matanya sebelah kiri dan menyenggol Jingga.

"Terlalu berharap juga gak bakal kesampean, Je."

"Iqbal sesi satu, yang jelas gue berharap!"

"Tapi, sayangnya dari semua kelas gue belum cek ruangan sebelas IPS tiga!" ungkap Fani.

"Artinya?"

"Posisi ruangan gak berubah!" Mendengar itu, ada nada kecewa dari Jingga. Gadis itu segera menarik tangan Fani dan membawanya menuju ruangan yang dimaksud Fani.

Fani dan Jingga menghentikan langkahnya melihat satu gadis yang tak asing di kepala mereka.

"Lo Karin yang sempet nolongin gue waktu kelas sepuluh?" Fani bertanya, Karin yang masih terfokus pada Jingga beralih ke seorang gadis yang tak asing dengannya.

Hey! I Just Want You!Where stories live. Discover now